Nasional
Kepala BNPT: Lawan Radikalisme, Perlu Kerjasama Pemerintah dengan Alim Ulama
Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar, mengatakan data statistik mencatat bahwa kelompok teroris berupaya merekrut anak-anak muda atau remaja untuk ikut dalam aksi kejahatan teror mereka. Para remaja ini diperdaya sehingga seolah-olah melaksanakan misi khusus.
Karena itu, Boy mengatakan dalam masalah terorisme, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Perlu sinergi dari berbagai pihak, termasuk, dengan melibatkan pondok pesantren.
“Dalam upaya-upaya penanggulangan terorisme dan paham radikal intoleransi ini kita perlu meningkatkan komunikasi dengan unsur-unsur alim ulama, para Tuan Guru,” kata Boy Rafli saat menemui Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) TGB Zainul Majdi beserta Dewan Mustasyar di Pondok Pesantren Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (12/11), seperti yang dilansir dari CNN Indonesia.
Ia menambahkan, saat ini pengguna internet di Indonesia tercatat lebih dari 100 juta dan pengguna media sosial bakal bertambah. Apalagi, sebagian besar mereka adalah anak muda yang sedang mencari jatidiri.
Jika salah arah dan tanpa pembinaan, kata Boy, anak-anak muda itu berisiko direkrut jaringan kelompok teror. Maka, baginya, kerjasama dengan kalangan ulama, sebagai kelompok strategis perlu dilakukan. Ia juga berharap kolaborasi BNPT dengan Ponpes Nahdlatul Wathan berjalan baik.
“Tentunya kami harapkan pengaruh-pengaruh negatif itu bisa kita tiadakan. Jangan lagi ada generasi muda Indonesia dari berbagai kalangan itu harus berhubungan dengan hukum yang berkaitan dengan kejahatan terorisme,” ungkapnya.
Kerjasama antara pemerintah dan pondok pesantren adalah untuk membendung jejaring kelompok terorisme yang kini berupaya menggaet anak-anak muda.”Kita harus amankan generasi muda dari berbagai pengaruh negatif yang berkaitan dengan paham-paham radikal terorisme dan intoleran. Kita harus kembangkan rasa kebangsaan generasi muda kita,” tutur Kepala BNPT itu.
Boy menyadari bahwa kelompok teroris kerap menggunakan simbol-simbol agama. Namun, ia menegaskan bahwa aksi teror tidak melulu diidentikkan dengan agama tertentu ataupun pondok pesantren.
Sementara itu, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi sepakat dengan penjelasan Kepala BNPT untuk tidak mengidentikkan pesantren dengan terorisme. Ia menjamin, para guru pesantren bakal memastikan tak ada pengajaran maupun materi yang bertentangan dengan agama ataupun negara.
“Saya sepakat. Kami bangga sebagai warga pondok pesantren, dan warga pesantren akan selamanya menjadi benteng untuk negeri,” tutur TGB Zainul Majdi. Ia mengibaratkan bahwa keislaman dan kebangsaan seperti dua sisi mata uang. Karena itu, lanjutnya, seorang Muslim yang baik juga harus membangun negara.