Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Jokowi Kecam Serangan Brutal Zionis ke Pasukan Perdamaian

Jokowi Kecam Serangan Brutal Zionis ke Pasukan Perdamaian

Jokowi Kecam Serangan Brutal Zionis ke Pasukan Perdamaian

Presiden Joko Widodo dengan lantang mengecam tindakan brutal yang dilakukan oleh zionis di Timur Tengah. Serangan yang tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga melukai pasukan penjaga perdamaian PBB, menjadi sorotan dunia internasional. Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian, tegas menolak aksi kekerasan tersebut.

“Kami mengutuk keras serangan terhadap pasukan perdamaian. Ini tidak boleh terjadi, apalagi sampai ada yang terluka,” ujar Jokowi, dalam konferensi pers usai peresmian Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (Amanah) Creative Hub di Aceh Besar, Selasa (15/10), dilansir Tempo.co.

Serangan yang dimaksud terjadi pada Minggu (13/10), ketika dua tank zionis menerobos pangkalan pasukan perdamaian UNIFIL di Lebanon, melukai lima personel, termasuk satu yang terkena tembakan. PBB mencatat bahwa sejak dimulainya operasi militer darat oleh zionis pada 1 Oktober 2024, UNIFIL telah menjadi sasaran sebanyak 20 kali.

“Kami belum dapat mengonfirmasi sumber tembakan yang melukai pasukan penjaga perdamaian,” jelas juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

Baca juga : BMKG: Indonesia Siaga di Tengah Cincin Api

Dalam beberapa pekan terakhir, zionis telah memerintahkan UNIFIL untuk mundur sejauh tiga mil dari “blue line”—garis yang memisahkan Lebanon dari zionis dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Namun, pasukan penjaga perdamaian menolak mengikuti perintah tersebut.

Jean-Pierre Lacroix, Kepala Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix menegaskan bahwa UNIFIL tidak akan bergerak dari posisinya. Setelah memberikan pengarahan tertutup kepada Dewan Keamanan PBB, Lacroix menyampaikan rencana pertemuannya dengan Duta Besar zionis untuk PBB pada Selasa (15/10) dan menyusun rencana darurat untuk berbagai skenario.

Sementara itu, Perdana Menteri zionis, Benjamin Netanyahu, menuduh UNIFIL bertindak sebagai “perisai manusia” bagi Hizbullah. Netanyahu menuding bahwa penolakan pasukan PBB untuk mundur justru melindungi kelompok militan tersebut, dan menyebut mereka telah menjadi “sandera Hizbullah.”

Ketegangan yang terus memuncak di kawasan ini mendorong komunitas internasional, termasuk Indonesia, untuk mendesak segera dihentikannya kekerasan demi menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah Timur Tengah.

Baca juga : Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Palestina, Yaman, Sudan