Nasional
Ini Dia Penyebab Perempuan Rentan Radikalisme
Ini Dia Penyebab Perempuan Rentan Radikalisme
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid mengatakan, penyebab perempuan rentan terpapar radikalisme, karena yang dikembangkan sehari-hari dari perempuan adalah aspek pengasuhan atau nurturing.
“Perempuan lebih rentan terpapar radikalisme karena dalam kehidupan sehari-hari kita yang dikembangkan dari perempuan itu adalah aspek nurturing. Aspek nurturing ini yang kuat dikembangkan,” kata Alissa saat menjadi narasumber dalam webinar 100 Tahun Tjipta Widjaja bertajuk Keberagaman untuk Keberlanjutan, Jakarta, Kamis (18/8), seperti dilansir Republika.
Setelah terpapar radikalisme, perempuan, kata Alissa, para perempuan juga sulit untuk dideradikalisasi karena memiliki militansi yang lebih kuat sehingga mereka justru mengerahkan segala upaya menyebarkannya ke orang-orang dan mempertahankan paham radikal yang telah mereka yakini itu.
“Nah, kalau sesuatu itu sudah membawa nilai-nilai perjuangan, maka perempuan itu militansinya jauh lebih tinggi. Jadi, istilahnya lebih all out,” ucapnya.
Sehingga, perempuan jadi lebih mudah diajak berkontribusi untuk mengembangkan jaringan terorisme. Salah satu contohnya, kata Alissa dalam kasus tenaga kerja migran, sebagaimana penelitian dari peneliti terorisme internasional Sydney Jones.
Baca juga : Peringati Al-Quds Day 2023, Teriakan “Mampus Israel” Menggema di Tolitoli
“Penelitian ini menunjukkan banyak pekerja migran perempuan di luar negeri yang menyumbang kepada gerakan-gerakan rekrutmen ini (kelompok radikal atau teroris) karena meyakini sedang memperjuangkan kejayaan Tuhan,” ujar Alissa.
Sedang laki-laki, menurutnya dalam kehidupan sehari-hari lebih kompetitif dan berorientasi pada hasil. Dengan demikian, mereka kurang memaknai tahapan proses sehingga jarang memiliki militansi yang sekuat perempuan. Oleh karena itu, lelaki yang terpapar radikalisme juga lebih mudah dideradikalisasi dibandingkan perempuan.
“Mereka (laki-laki — red) dapat berpikir taktis jadi bisa mengukur sesuatu yang tidak harus diperjuangkan secara berlebihan,” tambah Alissa.
Sebelumnya, dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid menyampaikan bahwa perempuan merupakan kelompok yang rentan terpapar radikalisme dan paling sulit untuk dideradikalisasi.
Ia mengatakan perempuan yang terpapar radikalisme tidak hanya terpengaruh sampai ke pola pikir-nya, tapi juga hatinya.
Baca juga : Peringati Hari al-Quds, Bandung Lautan Massa Pro-Palestina