Nasional
Gelar Konferensi, Komnas Perempuan Angkat Pengetahuan Berbasis Pengalaman Perempuan
Gelar Konferensi, Komnas Perempuan Angkat Pengetahuan Berbasis Pengalaman Perempuan
Di tengah dominasi narasi patriarki yang seringkali menyingkirkan pengalaman perempuan, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) melalui “Konferensi Pengetahuan dari Perempuan” berupaya memperluas ruang bagi perempuan untuk berbagi pengetahuan berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri. Konferensi ini bukan sekadar ajang diskusi, tetapi juga wadah untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam mengenai isu-isu kekerasan terhadap perempuan, termasuk akar penyebabnya dan dampaknya yang kompleks. Di sinilah titik penting konferensi ini, yaitu bagaimana pengetahuan dari perempuan yang seringkali terabaikan, justru dapat menjadi landasan perubahan sosial yang inklusif.
Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, dalam pembukaan konferensi yang digelar di Jakarta pada Selasa (3/9), dilansir Antaranews, menekankan pentingnya sinergi dalam membangun kesepahaman terkait isu kekerasan terhadap perempuan. Ia menegaskan bahwa “kesepakatan mengenai arah langkah penyikapannya” harus berakar pada pemahaman bersama yang melibatkan berbagai pihak, terutama perempuan itu sendiri. Bagi Andy, pengalaman perempuan yang sering dianggap remeh dalam dunia akademis atau kebijakan, justru merupakan sumber kekuatan yang penting untuk menciptakan perubahan signifikan dalam penanganan kekerasan dan diskriminasi.
Baca juga : Pakar Sebut Serangan Zionis di Lebanon “Terorisme Teknologi”
Lebih lanjut, konferensi ini juga bertujuan untuk melembagakan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman perempuan. Andy Yentriyani menyebut bahwa pelembagaan ini mendesak karena sejarah ilmu pengetahuan cenderung mengabaikan kontribusi perempuan akibat dominasi budaya patriarki. Dengan mengakui dan menggali pengalaman perempuan sebagai sumber pengetahuan, konferensi ini berupaya menghadirkan sudut pandang yang lebih holistik dalam memahami isu kekerasan dan diskriminasi. “Proses pelembagaan ini berangkat dengan mengakui, mengenali, menggali, dan mengembangkan pengetahuan yang berangkat dari pengalaman nyata kehidupan perempuan,” kata Andy.
Selain itu, konferensi ini menjadi langkah penting untuk mewujudkan transformasi sosial menuju keadilan yang lebih luas. Menurut Komnas Perempuan, setiap upaya perubahan sosial yang bertujuan mencapai kesetaraan gender harus berdasar pada pengalaman nyata dari kelompok yang selama ini mengalami ketidakadilan, terutama perempuan. Pengalaman perempuan dalam menghadapi diskriminasi, kekerasan, serta berbagai bentuk ketidakadilan menjadi elemen kunci yang perlu diakui dan diintegrasikan dalam kebijakan dan tindakan nyata untuk perubahan. Dengan kata lain, transformasi sosial tanpa keterlibatan perempuan hanyalah utopia yang tak mungkin terwujud.
Konferensi Pengetahuan dari Perempuan yang sudah berlangsung sejak 2010 ini menggandeng berbagai lembaga akademis dan forum advokasi, termasuk Pusat Kajian Wanita Universitas Indonesia dan Forum Pengada Layanan. Tahun ini, penyelenggaraan ketiga konferensi ini berkolaborasi dengan Universitas Brawijaya, Jawa Timur, pada 17-19 September 2024. Kerja sama dengan lembaga-lembaga tersebut diharapkan dapat memperkuat sinergi antara dunia akademis, masyarakat, dan para pegiat hak-hak perempuan dalam mendorong perubahan yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
Baca juga : Komnas Perempuan: Stigma Keliru, Kekerasan Seksual Merajalela