Nasional
Epidemiolog UGM: 80 Persen Penduduk Indonesia Terinfeksi Covid-19
Epidemiolog UGM: 80 Persen Penduduk Indonesia Terinfeksi Covid-19
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani memprediksi, sekitar 80 persen penduduk Indonesia telah terinfeksi Covid-19 varian Delta.
“Infeksi covid lebih dari 50 persen adalah asimtomatis, mungkin 80 persen penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta,” kata Citra, seperti dilansir Kompas.com, Minggu (21/11).
Dengan begitu, ia meyakini sebagian besar infeksi natural itu membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, namun tidak untuk strain yang lain.
“Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru,” imbuhnya.
Meski varian delta masih menyebar, namun jumlah kasus positif Covid-19 mengalami penurunan secara drastis. Ini menurutnya dikarenakan terbentuknya imunitas kelompok secara alamiah dimana tubuh memiliki antibodi yang spesifik untuk strain virus tertentu.
Baca juga : Menteri Budi Arie: Kebocoran Data Dukcapil Tak Masuk Akal
Namun, ia tetap berharap dengan percepatan program vaksinasi yang gencar dilakukan pemerintah, mampu meminimalkan tingkat keparahan apabila terinfeksi kembali. Selain faktor imunitas alamiah pasca terinfeksi terbentuk, program vaksinasi sekarang ini sudah menyentuh di 208 juta orang yang sudah divaksinasi dan 88 juta diantaranya sudah mendapat dosis vaksin lengkap.
“Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah sakit bertambah parah karena meskipun sudah divaksin masih memiliki potensi terinfeksi dan menjadi sakit. Melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari, juga kemudian kembali terinfeksi delta di Juni-Juli, dan kasus-kasus meninggal memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi,” ujarnya.
Melihat jumlah angka kasus positif baru setiap hari yang rata-rata mencapai kurang dari 400 kasus, kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan PPKM level 3 saat jelang Natal dan tahun baru menurutnya sudah tepat dilakukan.
Namun begitu, kenaikan angka mobilitas masyarakat sekarang ini menurutnya tidak bisa dihindari.
“Kenaikan mobilitas adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Kalau kita lihat dari 1,5 tahun pandemi, gelombang kenaikan selalu diawali dengan peningkatan mobilitas, saat Natal-tahun baru dan pasca lebaran,”ujarnya.
Pembatasan mobilitas melalui penerapan PPKM level 3 jelang Natal dan tahun baru menurutnya sebagai bagian dari bentuk pengendalian agar tidak terjadi penularan secara masif.
Baca juga : 337 Juta Data Dukcapil Diduga Bocor, Pakar: Pengelola Harus Diaudit