Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Deddy Mizwar: Film Wadah Moderasi Beragama

Deddy Mizwar: Film Wadah Moderasi Beragama

Deddy Mizwar: Film Wadah Moderasi Beragama

Di era digital yang serba cepat ini, film telah berkembang menjadi lebih dari sekadar hiburan semata. Ia menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan gagasan, membentuk persepsi, dan menggugah emosi. Menyadari potensi besar ini, Balitbang Diklat Kementerian Agama menggelar Festival Film Pendek Moderasi Beragama 2024, sebuah ajang bergengsi yang mengumpulkan para sineas muda berbakat dari seluruh penjuru negeri, mulai dari Aceh hingga Papua. Di sinilah, gagasan-gagasan segar tentang moderasi beragama bertemu dengan kreativitas tanpa batas, menciptakan kolaborasi yang menjanjikan dalam dunia perfilman Indonesia.

Malam anugerah yang meriah di Gedung Sawala Unpad, Sumedang, pada (28/8), menjadi saksi bagaimana pesan-pesan damai dan toleransi dikemas dalam karya-karya film pendek yang penuh inspirasi. Para peserta, termasuk ratusan mahasiswa dan sineas muda, hadir dengan semangat membara, siap menunjukkan bahwa film bisa menjadi medium yang ampuh untuk perubahan sosial.

Salah satu momen paling dinanti dalam acara ini adalah sesi talkshow yang dipandu oleh Kepala Balai Litbang Agama Makassar, Saprillah, di mana aktor dan sutradara kawakan Indonesia, Deddy Mizwar, berbagi pandangannya tentang peran film dalam menyebarkan pesan moderasi beragama. Pada sesi yang berlangsung di sore hari, Deddy memaparkan pentingnya memanfaatkan film sebagai alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi.

Baca juga : Indonesia Kecam Rencana Zionis Bangun Sinagoga di Kompleks al-Aqsa

“Potensi anak-anak muda, terutama dalam dunia audio-visual dan perfilman, sangat luar biasa. Kita harus menciptakan kesempatan bagi mereka untuk terus berkarya,” ujar Deddy dengan semangat, saat berbicara di hadapan para hadirin. Ucapannya yang penuh antusiasme langsung membangkitkan semangat para peserta yang hadir di ruangan tersebut, dilansir dari laman Kemenag.go.id.

Deddy menekankan bahwa di era di mana media sosial dan teknologi informasi berkembang pesat, film menjadi alat ekspresi yang kuat dan mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak. “Anak kecil pun sekarang sudah bisa membuat video melalui ponselnya. Jika kita tidak mendorong komunitas film untuk terus berkembang, kita akan ketinggalan,” tambahnya di tengah suasana yang semakin hidup, menggambarkan betapa pentingnya mendukung kreativitas generasi muda.

Ia juga mengingatkan bahwa film bukan sekadar hiburan, melainkan media untuk menyampaikan gagasan dan nilai-nilai estetika yang dapat memengaruhi cara berpikir dan perilaku masyarakat. Dari total 299 sineas muda yang mendaftarkan karya mereka dalam festival ini, Deddy mengungkapkan kekagumannya terhadap antusiasme generasi muda dari seluruh pelosok Indonesia.

Namun, Deddy juga menyampaikan kritik konstruktif terkait kualitas skenario, yang menurutnya merupakan elemen paling penting dalam pembuatan film. “Jika skenarionya bagus, teknik yang kurang pun bisa tertutupi. Sebaliknya, jika skenarionya lemah, teknik sehebat apapun tidak akan membantu,” tegasnya di tengah perbincangan, memberikan arahan kepada para sineas muda untuk lebih fokus pada pengembangan cerita yang kuat.

Sebagai langkah lanjut, Deddy Mizwar menyarankan agar Balitbang Diklat mengadakan workshop yang fokus pada pembuatan skenario dan teknik dasar perfilman. “Kita perlu mengasah kepekaan sineas muda dalam menangkap realitas di sekitar mereka dan mengolahnya menjadi ide yang kuat dan estetis,” tutupnya di penghujung acara, memberikan semangat kepada para peserta untuk terus menggali potensi mereka di dunia perfilman.

Dengan semangat yang membara dan berbagai masukan yang konstruktif, Festival Film Pendek Moderasi Beragama 2024 ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga tempat belajar dan bertumbuh bagi sineas muda Indonesia, membuka jalan bagi mereka untuk menjadi agen perubahan melalui medium film yang menginspirasi.

Baca juga : Indonesia Kutuk Kekejaman Zionis, Dukung Penuh Palestina