Nasional
Cegah Kekerasan Seksual Anak, Komnas PA Minta Orangtua Bangun Komunikasi
Cegah Kekerasan Seksual Anak, Komnas PA Minta Orangtua Bangun Komunikasi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) telah mengeluarkan seruan kepada orangtua di seluruh Indonesia untuk membangun komunikasi yang kuat dengan anak-anak mereka sebagai langkah pencegahan terhadap kasus kekerasan seksual.
“Kami menganggap bahwa komunikasi yang baik antara orangtua dan anak adalah hal yang sangat penting. Anak-anak yang memiliki hubungan komunikasi yang terbuka dengan orangtua cenderung lebih ekspresif. Hal ini memungkinkan mereka untuk merespons dengan lebih baik ketika menghadapi situasi yang dapat mengarah pada perlakuan pelecehan,” kata Pejabat Sementara (Pjs) Komnas PA, Lia Latifah, pada Minggu (1/10) malam, dilansir Kompas.com.
Lia menjelaskan bahwa dengan menjalani komunikasi yang baik, orangtua dapat memberikan pendidikan seksual kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Edukasi ini dapat dimulai dengan hal-hal sederhana, seperti mengajarkan anak-anak mengenali bagian tubuh mana yang boleh disentuh oleh orang lain dan mana yang tidak.
Selanjutnya, anak-anak juga perlu diajarkan untuk berani berbicara atau berteriak jika ada orang asing yang melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan terkait dengan bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.
Baca juga : Kemenko PMK Gencarkan Penguatan Moderasi Beragama di Kalangan ASN
“Orangtua harus memberi tahu anak-anak mereka bahwa jika ada orang, baik yang dikenal maupun yang tidak, yang berani menyentuh bagian tubuh yang seharusnya tidak disentuh, anak harus berteriak atau melarikan diri,” ungkap Lia.
“Komunikasi semacam ini perlu dibangun bersama anak-anak, sehingga mereka tidak mudah menjadi korban kekerasan seksual,” tambahnya.
Selain pentingnya komunikasi yang baik, Lia juga mengingatkan para orangtua untuk menjadi pendengar yang baik bagi keluhan dan cerita anak-anak mereka. Orangtua harus bersikap adil dan empati serta memahami situasi yang sedang dihadapi oleh anak mereka.
“Para orangtua tidak boleh langsung menuduh anaknya ketika mereka pulang dengan kondisi menangis. Tidak boleh mengatakan bahwa mereka hanya cengeng atau memberikan respon yang negatif. Sebab, bisa saja anak baru saja menjadi korban pelecehan,” jelas Lia.
Selain itu, Lia juga menekankan pentingnya menghindari pola pengasuhan yang keras dan otoriter, yang dapat berdampak buruk pada perkembangan anak-anak.
“Kita perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak kita. Namun, ada kasus di mana pola pengasuhan yang keras dan otoriter dapat mengakibatkan anak-anak menjadi korban. Kita tidak boleh langsung menyalahkan anak saat mereka menjadi korban pelecehan,” tegasnya.
Baca juga : Pakar: Prioritas Kesehatan, Kunci Hadapi Pandemi Berikutnya