Nasional
Catatan Kecil, Dialog Yogya
Oleh: AM Shafwan
Apa yang mereka katakan tentang kami di ruang mediasi
telah tercatat dalam sejarah melalui dokumentasi dan kesaksian
para aparat keamanan, pemda, MUI, Kemenag.
Inilah antara lain beberapa pernyataan mereka (para tokoh utama penentang kehadiran kami bukan dengan argumen melainkan dengan ANCAMAN) yang telah didokumentasi secara baik.
Saya kutip hal-hal yang
tingkat fitnahnya ringan saja, dengan mengubah sedikit redaksi tanpa mengubah substansinya:
1. Buku-buku Rausyan Fikr adalah buku yang menyesatkan.
(Saya bilang ke mereka, kami persilakan dicek isinya, dan kami mohon
pihak Kejaksaan melarang buku-buku kami jika ada yang memang
merongrong negara Pancasila, Hari ini juga saya bakar semua buku-
buku kami. Bahkan saya siap dipenjara untuk itu)
2. Rausyan Fikr adalah lembaga Syiah, karena itu harus dibubarkan.
(Saya bilang ke mereka, kalau lembaga tidak ada masalah, hari ini
pun saya akan bubarkan jika memang terbukti kami melanggar aturan. Tetapi kalau soal iman bagaimana mau dibubarkan, karena itu masalah keyakinan).
3. Orang Syiah memukul dan menyakiti dirinya di acara ritual Asyura.
(Saya bilang ke mereka, silakan dicek tubuh atau badan saya secara medis dengan pengujian forensik, apakah ada bekas luka-luka seperti
yang mereka maksud?).
Beberapa fitnah (saya sebut fitnah karena mereka tidak bisa membuktikan) menyatakan bahwa:
1. Penyebar penyakit kelamin di Indonesia adalah orang Syiah.
2. Orang-orang Syiah di Iran setiap saat membunuh ulama Sunni dan
menghancurkan masjid-masjid Sunni.
3. Pelaku-pelaku utama teror bom di Indonesia adalah orang-orang Syiah.
4. Mereka mengutip (katanya sih) pernyataan mantan BIN di sebuah acara televisi bahwa yang paling berbahaya di Indonesia adalah Syiah.
5. Orang Syiah meyakini bahwa pemerintahan yang bukan dipimpin
Imam Syiah adalah pemerintahan thagut.
6. Mereka menyebut nama orang tertentu di Indonesia sebagai Imam Syiah.
Inilah beberapa hal sebagai ingatan bersama, sebagai catatan sejarah
tentang apa-apa yang mereka tuduhkan, yang di atas tadi sudah saya kutip beberapa diantaranya. Selain itu sebenarnya masih banyak tuduhan lain diantaranya terkait teologi yang selama ini lazim mereka ungkapkan seperti soal Al Qur’an (yang berbeda), (penghinaan terhadap) sahabat Nabi, bahwa Syiah itu bentukan Yahudi, soal taqiyah, dan lain-lain.
Hal ini perlu saya tuliskan bukan untuk mengungkit-ungkit lagi luka lama. Ini adalah catatan sejarah yang saya tulis sebagai memori bersama
tentang keharusan kita semua untuk membangun DIALOG lebih intens demi menghilangkan beragam prasangka. Karena saya yakin banyak diantara mereka (para penuduh itu) adalah orang-orang yang sesungguhnya tidak tahu.
Kami memaafkan kejahilan ini. Tetapi SEJARAH adalah SEJARAH.
Tiap peristiwa sejarah memang harus dituliskan apa adanya agar generasi mendatang
dapat belajar untuk saling memahami lewat dialog dan
bukan tuduhan tanpa fakta objektif.
Tidak ada dendam pada diri kami, kami hanya marah pada kebodohan, pada fitnah. Kami yakin sejarah yang telah menjadi hukum ini akan
membawa lebih banyak orang untuk keluar dari ‘penjara sejarah’ yang mereka buat.
Kami senang dalam mediasi itu tokoh-tokoh
mereka berkomitmen anti kekerasan, sembari para jamaahnya meneriaki kami berkali-kali dengan ungkapan yang sadis.
Kami memaafkan itu semua dan kami tidak akan menuntut secara hukum. Tapi SEJARAH tetaplah SEJARAH.
Harus kami nyatakan dengan berat hati, semoga sejarah ini
disaksikan oleh masyarakat yang akan mengadilinya dengan
AKAL SEHAT dan NURANI. Demi Indonesia DAMAI yang ber-BHINNEKA TUNGGAL IKA.
Merdeka!
Wallahu’a’lam..