Nasional
BNPT: Pemuda dan Mahasiswa Rentan Terpapar Ideologi Radikal
BNPT: Pemuda dan Mahasiswa Rentan Terpapar Ideologi Radikal
Direktur Pencegahan Badang Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan generasi muda menjadi kelompok rentan yang terpapar paham radikal dan terorisme.
“Mahasiswa potensial terpapar paham radikal terorisme, terutama generasi milenial dan generasi Z karena mereka ini kan masih tumbuh dan berkembang, nilai-nilai wawasan kebangsaannya masih proses pematangan, mereka senang hal-hal yang baru, tantangan yang baru,” kata Nurwakhid, Rabu (26/1) seperti dilansir Beritasatu.com.
Sikap eksklusif dan intoleran, menurutnya adalah watak dasar dari radikalisme yang menjiwai semua aksi terorisme. Semua pelaku teror pasti berpaham radikal, meskipun tidak semua individu atau kelompok yang berpaham radikal otomatis menjadi teroris.
BNPT, katanya sempat melakukan pretest potensi radikalisasi dalam waktu lima menit kepada mahasiswa. Caranya, dengan memberikan pertanyaan yang seringkali digunakan kelompok radikal dalam mendoktrin generasi muda, semisal, dikotomi hukum negara dan agama.
Baca juga : Wapres Berharap ASN Memiliki Empati
Dari simulasi tersebut didapati, masih ada mahasiswa yang memiliki pemahaman takfiri. Menyikapi itu, Nurwakhid berpendapat bahwa mahasiswa sangat rentan disusupi paham radikal karena masih memiliki kontrol emosi yang labil sehingga sangat berpotensi untuk diradikalisasi.
“Bayangkan saja kalau mereka selalu rutin mendengar dan melihat konten-konten di dunia maya tentang pemahaman radikal, itu akan tertanam dari pikiran dan alam bawah sadarnya,” jelasnya saat berbicara sebagai narasumber pada Seminar Membangun Harmonisasi Nilai-Nilai Berbangsa dan Bernegara pada Generasi Milenial di Jakarta, Selasa (25/1/).
Ia menjelaskan bahwa ideologi radikal terorisme tidak dapat dilihat melainkan hanya bisa dirasakan. Paham ini sangat berbahaya, seperti virus yang potensial pada setiap individu manusia.
“Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apa pun karena tidak ada satu agama pun yang membenarkan semua tindakannya, namun ia terkait dengan pemahaman dan cara beragama yang salah dan menyimpang dari oknum umat beragama,” tegasnya.
Setelah mempraktikkan cara indoktrinasi kelompok radikal terorisme, Nurwakhid juga melakukan vaksinasi paham radikal terorisme dengan cara melakukan rehabilitasi ideologis. Pancasila, lanjutnya, merupakan vaksin ideologi terbaik dalam melakukan moderasi kebangsaan dan keagamaan untuk menangkal virus radikalisme.
“Setelah mereka merasakan sudah tersusupi paham itu, baru kita berikan vaksinasi pembangunan wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan sebagai vaksin ideologi,” tuturnya.
Baca juga : PBB Tetapkan Pidato Bung Karno Sebagai Memori Kolektif Dunia