Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

BNPT: Kelompok Teror Ubah Pola Gerakan

BNPT: Kelompok Teror Ubah Pola Gerakan

BNPT: Kelompok Teror Ubah Pola Gerakan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen, Rycko Amelza Dahniel mengungkapkan adanya perubahan pola pergerakan aksi teroris di Indonesia.

Rycko menyebutkan, kelompok teroris mengubah gerakannya dari yang keras menjadi gerakan yang lebih lunak agar pemahaman-pemahaman mereka dapat diterima oleh targetnya.

“Sel-sel terorisme berubah pola gerakannya dari yang hard jadi soft approach. Di atas permukaan mereka menggunakan jubah agama. Di bawah permukaan mereka melakukan gerakan ideologis secara masif dan terstruktur,” ujar Rycko, dilansir Asumsi.co, Jumat (14/7).

Perubahan pola gerakan sel teroris ini salah satunya disebabkan oleh masifnya penindakan yang dilakukan penegak hukum. Sehingga terjadi penurunan angka tindak terorisme dari 2018 hingga 2022.

Rycko berpendapat penurunan ini adalah puncak gunung es, sebab kelompok teror tak lagi menunjukkan eksistensinya terang-terangan melalui serangan fisik. Karena itu, ia mengingatkan potensi aksi terorisme tetap ada, dengan menggunakan pendekatan secara ideologis.

Baca juga : 337 Juta Data Dukcapil Diduga Bocor, Pakar: Pengelola Harus Diaudit

Ia melanjutkan, bahwa kelompok teror ini bakal memanfaatkan narasi dan simbol keagamaan, sebagai pendekatan mereka kepada para targetnya.

Berdasarkan informasi yang diterima BNPT, Rycko menyebutkan tidak sedikit masyarakat yang terhasut dengan narasi mereka. Malah, banyak juga yang secara sadar menyetujui melakukan kekerasan atas nama agama meski mengetahui, tidak ada satu pun agama yang membenarkannya.

“Tidak ada agama satupun yang mengajarkan tentang kekerasan, yang tidak bisa menerima perbedaan,” ucapnya.

Oleh sebab itu, BNPT menekankan pentingnya kerja sama sebagai kunci untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme. Ia mengimbau agar seluruh pihak di tanah air, turut serta dalam pencegahan radikalisme dan terorisme.

“Dalam menghadapi masalah dan fenomena sosial seperti ini, kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Multi stakeholder collaboration is a must, semua berkolaborasi,” pungkasnya.

Baca juga : Kemenlu RI Kutuk Pembakaran al-Quran di Swedia