Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

BMKG: Indonesia Siaga di Tengah Cincin Api

BMKG: Indonesia Siaga di Tengah Cincin Api

BMKG: Indonesia Siaga di Tengah Cincin Api

Di negeri yang tanahnya bergoyang dan lautan kadang menggulung daratan, kita hidup berdampingan dengan ketidakpastian alam. Seperti untaian kisah lama yang tak pernah lekang, bumi pertiwi ini mengajarkan kita untuk tidak sekadar menghuni, tetapi juga memahami: bencana adalah tamu yang tak diundang, yang kapan saja bisa mengetuk pintu. Namun, bukan rasa takut yang harus tumbuh, melainkan kesiapan dan kewaspadaan yang menjadi teman setia.

Ketua Tim Hubungan Pers dan Media BMKG, Dwi Rini Endra Sari, mengungkapkan alasan utama mengapa Indonesia menjadi negeri dengan risiko bencana yang tinggi. “Keunikan Indonesia adalah posisinya yang diapit dua samudra, Hindia dan Pasifik, serta dua benua, Asia dan Australia. Selain itu, Indonesia juga berada di jalur cincin api atau *ring of fire* dan tiga patahan aktif yang bergerak dengan kecepatan berbeda,” kata Ririn, sapaan akrab Dwi Rini, saat memberikan paparan di acara “Battle of Prabu” di Auditorium Gedung BMKG, Jakarta (17/10), dilansir Laman BMKG.

Indonesia kerap menghadapi berbagai bencana alam, salah satunya adalah gempa bumi. Fenomena ini terjadi akibat tumbukan antar lempeng bumi, pergerakan sesar (patahan), aktivitas vulkanik, atau runtuhan batuan. Gempa yang kuat bahkan dapat memicu tsunami. Sejumlah bencana tsunami besar pernah melanda Indonesia, seperti Tsunami Aceh 2004, Tsunami Mentawai 2010, Tsunami Pangandaran 2006, dan Tsunami Palu 2018. Selama periode Januari hingga September 2024 saja, tercatat 84 aktivitas gempa bumi tektonik dengan magnitudo di atas 5.

Dalam acara tersebut, yang dihadiri oleh 400 siswa SMA se-Jakarta, Ririn memberikan panduan menghadapi gempa dan tsunami. Beberapa langkah penting yang harus dilakukan saat gempa adalah melindungi tubuh dan kepala dari reruntuhan, segera keluar jika masih memungkinkan, mencari tempat aman, menjauhi bangunan tinggi, serta berhati-hati terhadap retakan di tanah.

Baca juga : Jokowi Kecam Serangan Brutal Zionis ke Pasukan Perdamaian

“BMKG saat ini mampu memberikan peringatan dini dalam waktu 3 menit setelah gempa. Kita punya *golden time* 27 menit sebelum tsunami datang, dan waktu ini sangat penting untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya,” jelas Ririn.

Selain gempa, bencana alam di Indonesia juga dipicu oleh perubahan iklim yang mempercepat terjadinya bencana hidrometeorologi. Bencana ini meliputi fenomena ekstrem di atmosfer, air, dan lautan yang dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan harta benda, hingga dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.

“Bencana hidrometeorologi, seperti curah hujan ekstrem, angin kencang, banjir, longsor, dan kebakaran hutan, semakin sering terjadi. Ini adalah akibat dari perubahan iklim yang semakin cepat,” tambahnya.

Meski Indonesia kerap dilanda bencana, Ririn mendorong generasi muda untuk tidak takut tinggal di negeri ini. Ia menekankan pentingnya adaptasi dengan kondisi sekitar serta menjaga keseimbangan ekosistem agar risiko bencana dapat diminimalisir di masa depan.

Turut hadir dalam acara ini, Sekretaris Daerah DKI Jakarta Joko Agus Setyono, Kepala Satpol PP DKI Jakarta Arifin, Inspektur BMKG Nasrul Wathon, dan Plt. Kepala Biro Umum dan SDM BMKG Petrus Demon Sili.

Baca juga : Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Palestina, Yaman, Sudan