Nasional
Aksi Heroik Warga Palestina, Ketum ABI: Angkat Topi!
Aksi Heroik Warga Palestina, Ketum ABI: Angkat Topi!
Rangkaian serangan balasan warga Palestina di sejumlah wilayah pendudukan belakangan ini mengungkap fakta bahwa kekuatan rezim penjajah zionis sangat rapuh. Diawali seorang guru sekolah menengah asal kota Hura, 19 km sebelah timur Beersheba, bernama Muhammad Galeb Ahmad Abu Alqian.
Pada 22 Maret silam, ia seorang diri melakukan aksi heroik melawan entitas zionis yang sejak 1948 menjajah Palestina. Aksi heroiknya kontan disanjung banyak pihak yang selama ini konsisten mendukung kemerdekaan bangsa Palestina dari cengkraman rezim zionis.
Seolah menginspirasi, sekelompok warga Palestina ikut melancarkan aksi heroik melawan entitas kolonial zionis di kota Hadera lima hari kemudian (27/3). Kali ini, aksi heroik itu dilakukan dengan menggunakan senapan otomatis dan pistol.
Dua hari berselang (29/3), Diaa Hamarsheh beraksi di kota Bnei Brak, timur Tel Aviv, Selasa (29/3). Berpakaian serba hitam dengan menenteng M16, Diaa juga sukses melancarkan aksinya.
Baca juga : Jika Kedaruratan Covid-19 Dicabut, Kemenkes: Vaksinasi Tak Lagi Gratis
Tak berhenti sampai di situ, aksi heroik juga diperagakan Ra’ad Fatih Hazemm, pemuda Palestina asal kamp pengungsian Jenin, Tepi Barat. Pusat perbelanjaan Dizeingov di pusat Tel Aviv menjadi saksi atas keberhasilan operasi heroiknya.
Aksi Ra’ad sepertinya paling keras menampar rezim kolonial zionis. Kepanikan dan ketakutan kian melanda seluruh entitas kolonial zionis. Untuk menutupinya, rezim kolonial zionis lalu mengerahkan pasukannya untuk menyerbu kamp pengungsian di Jenin, tempat tinggal Ra’ad, pada Sabtu (9/4). Mereka bermaksud menangkap ayah Ra’ad dan sejumlah pejuang.
Tapi warga Jenin menolak menyerahkan ayah Ra’ad dan kawan-kawan serta lebih memilih untuk melawan, seperti dilaporkan ABNA24. Batalyon Jenin, sebuah kelompok perlawanan Palestina, juga tidak tinggal diam. mereka segera membuat pengumuman bagi para pejuangnya untuk mencegat kendaraan dan tentara zionis dengan peluru dan bahan peledak.
Tentara kolonial zionis yang minim mental dan pengalaman tempur tentu kewalahan menghadapi perlawanan Batalyon Jenin yang terlatih. Akibatnya, sejumlah tentara kolonial zionis terluka cukup fatal dan menarik diri dari kamp Jenin dengan tangan kosong.
Rangkaian aksi warga Palestina di wilayahnya sendiri yang sedang dijajah zionis mendapat sambutan dari Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI) Habib Zahir Bin Yahya. Di sela-sela kegiatan rutinnya di bulan suci Ramadhan, Habib Zahir menegaskan bahwa apa yang telah dan sedang terjadi di tanah pendudukan akhir-akhir ini memiliki implikasi besar terhadap masa depan konflik dengan rezim zionis.
Baca juga : Menteri PPPA: Aksi Kriminal Anak Dampak dari Teknologi
“Setidaknya pertaruhan rezim zionis kepada normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab dalam upaya mengakhiri perlawanan rakyat Palestina terbukti gagal,” ujar Habib Zahir, Rabu (13/4).
Malahan, lanjutnya, para pejuang sejati di seluruh penjuru tanah pendudukan akan tetap melawan musuh rezim zionis, baik dengan atau tanpa dukungan negara-negara Arab lainnya.
Habib Zahir menambahkan bahwa eskalasi dan perkembangan terakhir juga menegaskan bahwa anggapan normalisasi hubungan dengan rezim zionis dapat mengurangi kejahatan rezim kolonial ini terhadap rakyat Palestina tidak lebih dari sebuah ilusi dan semata-mata hanya alasan pembenaran bagi langkah-langkah kompromistis sebagian penguasa Arab dan kaum muslimin.
Khusus terkait aksi heroik warga Palestina melawan entitas kolonial zionis, Habib Zahir mengungkapkan sikap salut. “Kita harus angkat topi dengan penuh hormat dan pemuliaan di depan aksi heroik pria, wanita, anak-anak, dan orang tua Palestina, dan di depan keberanian mereka dalam menerjang bahaya guna merebut kembali kehidupan bermartabat dan memerdekakan negeri dan bangsa dari para penjajah,” tegasnya.
Kita juga, lanjut Habib Zahir, harus berdiri dengan bangga dan dengan penuh penghargaan di depan keluarga para martir, “atas ketabahan orang-orang pemberani dan sabar ini meskipun sejarah panjang pembantaian yang mereka alami.”
Baca juga : WHO Cabut Status Pandemi, Kemenkes Siapkan Transisi ke Endemi