Nasional
Ahli Vulkanologi: Tak Semua Bencana Harus Ada Peringatan Dini
Ahli Vulkanologi: Tak Semua Bencana Harus Ada Peringatan Dini
Ahli vulkanologi, Surono menilai, tak semua bencana harus ada peringatan dini sebelum kejadian. Hal tersebut ia sampaikan setelah sejumlah pihak mempertanyakan peringatan dini pada letusan Gunung Semeru di Jawa Timur, Sabtu (4/12) kemarin.
Sementara menurut Surono, Gunung Semeru sudah menunjukkan tanda-tanda aktivitas jauh-jauh hari. “Kalau tinggal di daerah rawan kan risikonya banyak sekali,” ujarnya, seperti dilansir Merdeka.com.
Ia megibaratkan tinggal di kaki Gunung Semeru seperti hidup di tengah jalan tol. Artinya masyarakat harus sadar risiko kecelakaan di jalan tol, tak perlu menunggu ada peringatan sebelumnya.
Surono juga menjelaskan bahwa bencana erupsi Gunung Semeru itu bukan aktivitas baru. Guguran kubah yang menghasilkan awan panas itu sudah sering terjadi. Bahkan, laharnya selalu melewati daerah Besuk Kobokan.
“Sudah sering terjadi, makanya Besuk Kobokan itu menjadi ajang pencarian pasir karena di situ-situ juga,” ucapnya.
Dengan kejadian erupsi Gunung Semeru ini, Surono mendorong pemerintah Jawa Timur dan masyarakat terdampak awan panas guguran Gunung Semeru duduk bersama. Membahas jalan keluar bagi daerah yang rawan bencana Gunung Semeru.
Baca juga : Sejumlah Jamaah Haji Indonesia Terlantar di Tanah Suci
“Kita evaluasi saja yang terdampak di situ tempatnya bahaya atau enggak. Kalau daerah bahaya ada jalan enggak untuk mengurangi risiko bahaya. Kalau enggak ada hanya satu pilihan relokasi, enggak usah marah-marah lah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengaku telah mengeluarkan peringatan dini sebelum Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran pada Sabtu 4 Desember 2021. Peringatan itu dikeluarkan bersamaan dengan 69 gunung api aktif lainnya.
“Peringatan dini untuk bahaya erupsi gunung api sudah dilakukan bukan hanya di Semeru, tetapi juga di 69 gunung api aktif yang dipantau oleh PVMBG melalui pemasangan peralatan pemantauan, serta pengamatan visual selama 24 jam,” kata Andiani, Senin (6/12).
Ia menjelaskan bahwa sejak 1 Desember 2021 sudah terjadi guguran lava pijar di lereng Gunung Semeru. Bahkan, pada 2 Desember, Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru sudah mengeluarkan peringatan agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar Besuk Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Bang, dan Besuk Sarat, untuk mengantisipasi kejadian awan panas guguran.
Sementara itu, BPBD Provinsi Jawa Timur mencatat jumlah korban meninggal akibat guguran awan panas Gunung Api Semeru mencapai 15 orang.
Baca juga : Amalan-amalan di Hari Arafah