Nasional
Ahli Menduga Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia
Ahli Menduga Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia
Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia meski belum terdeteksi.
Ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia. Pertama, sebagian besar kasus Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti yang dilaporankan di Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.
Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.
“Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya,” kata Tonang, Selasa (7/12), seperti dilaporkan Kompas.com.
Sementara saat ini, ia bilang tes banyak menggunakan antigen. Untuk PCR hanya sekitar 15 persen dari total tes.
“Rata-rata sekitar 30 ribu/hari,” kata Tonang.
Padahal menurutnya, minimal tes PCR yang harus dilakukan adalah 39 ribu/hari.
Baca juga : Sejumlah Jamaah Haji Indonesia Terlantar di Tanah Suci
“Itu minimal. Itu juga dengan syarat merata. Sayangnya, 40-50 persen dari jumlah PCR itu di Jakarta saja. Sisanya dibagi 33 provinsi lainnya,” ujarnya.
Tonang tak membatah bila tes antigen memang masih bisa mendeteksi Omicron, karena targetnya protein N, bukan protein S. Namun, tes antingen baru dapat dinyatakan positif bila viral loadnya tinggi. Sementara jika viral load sudah menurun, maka PCR yang tepat untuk mendeteksinya.
Ia menambahkan, walaupun antibodi sedang atau sudah mulai menurun, tapi yang pernah terinfeksi atau tervaksinasi itu masih memiliki sel memori. Sehingga, ketika terjadi infeksi ulang, maka viral load (jumlah virus yang berhasil menginfeksi) cenderung rendah dan masa bertahannya di dalam saluran nafas jauh lebih singkat.
“Maka mudah terjadi terinfeksi tapi “tidak terdeteksi” pada tes antigen,” jelasnya.
Tonang mengimbau agar pemerintah dan masyarakat harus tetap mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Kalaupun benar Omicron sudah ada di Indonesia, atau ternyata belum ada, harus tetap dicegah penyebarannya.
“Kewaspadaan mesti terus dijaga walaupun sebagian besar kasus Omicron menimbulkan gejala ringan, bahkan sampai saat ini belum ada laporan kematian,” pungkasnya.
Baca juga : Amalan-amalan di Hari Arafah