Berita
Nasihat Imam Khomeini untuk Para Penguasa
Semua orang akan mendapat ujian. Para pemimpin negara pun akan mendapat ujian. Bahkan ujian yang mereka terima lebih berat dibanding orang lain. Karena itu, banyak sekali penguasa yang gagal menghadapi ujian.
Kita menyaksikan betapa banyak para pemimpin negara yang mengaku menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), bahkan sebelum sampai ke posisinya itu, sudah mengklaim sebagai pembela HAM dan menuntut pelaksanaan HAM. Namun, setelah memperoleh jabatannya, yang merupakan ujian dari Allah, ia bukan saja tidak memperjuangkan HAM, malah menginjak-injaknya.
Dhuafa’ yang ia janjikan bantuan sebelumnya, disepelekan hak-haknya. Orang-orang seperti ini akan mendapat murka dan siksa Allah Swt.
Ujian adalah sesuatu yang pasti. Tapi klaim dan pengakuan saja belum cukup. Klaim atau pengakuan bahwa dirinya beriman kepada Allah, membela HAM, atau menjadi presiden, PM, pemimpin sesuatu, akan melakukan ini dan itu. Klaim dan pengakuan itu masih belum cukup! Ia harus membuktikannya ketika mencapai semua itu.
Jika seorang presiden, ia harus membuktikan apakah dirinya seorang “Ali bin Abi Thalib” as yang berkuasa dengan adil dan memperlakukan kaum dhuafa’ dan fuqara’ dengan penuh kasih sayang. Bukan seperti Carter dan Stalin.
Sebelum berkuasa, Stalin juga berjanji akan mengabdikan diri kepada umat manusia dan membiarkan mereka hidup bebas. Tapi, saat berkuasa, ia babat habis semuanya. Carter juga demikian, berjanji akan memberikan kebebasan dan bahwa dirinya pencinta kemanusiaan. Namun, ketika berkuasa, kita semua tahu apa yang dilakukannya terhadap kemanusiaan. Juga Saddam, berjanji akan melakukan ini dan itu untuk bangsa Arab. Faktanya, ketika berkuasa, ia bantai bangsa Arab dengan cara yang lebih keji dari kaum Mongol.
Inilah ujian, dan tak ada tempat untuk klaim dalam ujian. Ujian kekuasaan jauh lebih berat dari ujian berbentuk anak atau nyawa, dan lulus dari ujian itu sesuatu yang amat sulit dan berat. Lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil.
Karena itu, setiap penguasa dan para pemilik jabatan, apapun jabatannya, hendaklah menyadari diri bahwa ujian yang mereka hadapi amat berat dan penuh rintangan. Mereka harus terus melakukan introspeksi diri, sejauh mana perbedaan keadaan mereka sebelum dan sesudah menjabat.
Sebelum menjabat, mereka rajin mengkritik pejabat-pejabat sebelumnya, calon presiden mengkritik presiden yang berkuasa sebelumnya, anggota parlemen mengkritik anggota parlemen sebelumnya, dan sebagainya. Tapi sekarang, saat menjabat, apakah mereka memperbaiki yang mereka kritik itu atau sama saja dengan pendahulu mereka.
Mereka yang menjabat seharusnya menjadi seperti apa yang dipujikan rakyat terhadap Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib as. Yaitu, saat memimpin, Amirul Mukminin as amat sangat amanat terhadap kekuasaan yang berada di tangannya. Sampai-sampai saat berpidato di atas mimbar, Imam Ali as mengibas-ibaskan jubah yang dipakainya karena masih basah sehabis dicuci. Pasalnya, Imam Ali as tak punya jubah lain sebagai penggantinya. Padahal, kekuasaannya meliputi Hijaz, Irak, Iran, Mesir, dan lain-lain.
Wahai para penguasa! Kalian semua sedang dalam ujian dan sepak terjang kalian diawasi dengan seksama oleh Allah Swt.
Wahai para tentara! Kalian semua sedang dalam ujian. Jaga amanat yang dititipkan pada kalian dan jangan sampai ada darah-darah bersih yang tertumpah percuma.
Wahai para abdi rakyat, kalian semua sedang dalam ujian!
Wahai tangan-tangan yang selalu menggoreskan pena dan menulis di surat-surat kabar!
Wahai mereka yang selalu muncul di TV dan radio, yang berbicara kepada banyak orang! Kalian semua sedang dalam ujian. Ketika kalian menggoreskan pena kalian; ketika kalian berbicara kepada orang, ingatlah bahwa kalian akan bertemu dengan Allah. Maka, jangan sampai ada hal-hal buruk yang kalian hadapkan ke hadirat Allah Swt.
Wahai semua rakyat, penguasa, pedagang, petani, pekerja, pegawai, buruh pabrik, dan sebagainya! Kalian sedang dalam ujian dan akan mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah Swt.
Mudah memang untuk mengatakan sesuatu, tapi justru setiap ucapan kita adalah ujian bagi kita sendiri. Orang yang mengklaim diirinya pencinta kemanusiaan akan diuji terhadap apa yang diklaimnya itu. Yang mengaku pembela HAM akan diuji terhadap apa yang diucapkannya. Yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah tentang keimanannya, dan seterusnya. Allah Swt berfirman:
Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tidak diuji), karena mengatakan kami beriman? (QS. al-Ankabut: 2)
Tidak sama sekali!
Karena itu, bertanggungjawablah terhadap apa yang kita ucapkan. Berbuatlah segalanya karena Allah dan karena rasul-Nya. Jika itu menjadi tumpuan kita, niscaya kita akan mencapai apa yang kita cita-citakan. Insya Allah.
*Imam Khomeini, Pesan Sang Imam