Berita
Muslimah Ahlulbait Indonesia: Indonesia Darurat Kekerasan Seksual
Kasus YY di Bengkulu dan EP di Serang, Banten cukup membuat rakyat Indonesia terperanjat. Tak menyangka bahwa kejadian begitu kejinya akan menimpa anak-anak perempuan Indonesia seperti mereka berdua. Belum lagi kasus SS di Kediri.
Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia kini menjadi sorotan banyak kalangan, terutama organisasi perempuan yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Muslimah Ahlulbait Indonesia.
Untuk mengetahui lebih jauh terkait sikap mereka atas kekerasan seksual yang semakin meningkat akhir-akhir ini di Indonesia, berikut wawancara tim ABI Press dengan ketua Muslimah Ahlulbait Indonesia, Zaenab Endang Fathoni.
Apa sebenarnya yang terjadi pada masyarakat kita?
Melihat fenomena kekerasan seksual di indonesia, bisa dikatakan bahwa pada sebagian masyarakat kita telah terjadi kerusakan moral yang sangat memprihatinkan, bahkan sangat membahayakan, karena kekerasan seksual yang terjadi ada yang sampai mengakibatkan kematian. Hal ini menunjukkan jauhnya kehidupan masyarakat tersebut dari nilai-nilai agama,moral dan kemanusiaan.
Dengan apa yang terjadi pada kekerasan seksual khususnya pada anak-anak, maka hal ini menunjukkan tidak amannya lingkungan anak-anak, dan terancamnya masa depan mereka; bahkan di tempat yang seharusnya menjadi pusat pendidikan dan pengasuhan anak-anak pun muncul kasus kekerasan seksual, yang justru dilakukan oleh oknum guru bahkan Kepala Sekolah. Sungguh ini sangat memprihatinkan dan sudah dalam kondisi darurat kekerasan seksual terhadap anak.
Siapakah yang paling bertanggung atas semua kejadian ini?
Yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan moral ini adalah pemerintah yang lambat menyadari bahwa pengaruh ponografi, narkoba dan miras dianggap pemicu paling utama terjadinya kerusakan moral masyarakat. Dengan bebasnya pornografi diakses di jejaring internet, begitu juga adanya tayangan televisi yang kurang terkontrol dan sangat tidak mendidik, juga menjadi penyebabnya.
Tentu keluarga terutama dan juga masyarakat ikut bertanggung jawab atas kerusakan moral ini. Keluarga harusnya memperhatikan setiap anggotanya, dan juga pendidikan anak-anaknya. Pun juga sekolah, tempat anak belajar, juga mempunyai tanggung jawab ikut mngawasi perilaku anak-anak didiknya. Tak kalah pentingnya juga masyarakat sekitar, hendaknya ikut mengawasi lingkungannya agar tercipta kehidupan yang aman.
Sudah cukup adilkah hukuman bagi pelaku kekerasan seksual saat ini?
Penerapan hukum bagi pelaku kekerasan seksual masih sangat tidak adil dan tidak berdampak efek jera. Hukuman bagi pelaku sangat tidak sesuai dengan dampak yang dialami korban yang pada sebagiannya mengalami shock dan trauma panjang dalam hidupnya, bahkan ada yang mengalami kematian.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Memohon pada pemerintah untuk menutup situs-situs atau jaringan internet yang menebarkan pornografi, termasuk yang ada di permainan game. Merevitalisasi lembaga sensor penyiaran televisi untuk lebih ketat lagi menyeleksi acara-acara yang cenderung merusak moral masyarakat dan menggantikannya dengan program-program yang mendidik. Lembaga pendidikan baik formal maupun informal senantiasa menyampaikan pesan-pesan moral di sela-sela materi pelajarannya yang biasanya sifatnya hanya untuk mencapai target pengetahuan kognitifnya. Dan keluarga juga harus lebih memperhatikan kehidupan anak-anaknya, baik ketika di dalam rumah maupun di lingkugan luar.
Peran apa yang akan dilakukan oleh Muslimah Ahlulbait Indonesia dalam rangka turut serta mencegah tingginya tindak kekerasan seksual?
Dalam menghadapi situasi yang demikian ini Muslimah Ahlulbait Indonesia tentu sangat mendukung berbagai pihak baik pemerintah maupun lembaga swasta yang ingin melakukan upaya menurunkan tindakan kekerasan seksual. Di sisi lain kedepannya Muslimah Ahlulbait Indonesia ingin melakukan langkah-langkah konkret dengan mendorong berdirinya pusat-pusat pendidkan agama dan Alquran bagi anak-anak dan remaja. Dengan harapan, melalui pendidikan agama dan pendalaman terhadap kitab suci Alquran, anak-anak akan lebih memahami apa arti dan tujuan dari kehidupan ini yang sesuai dengan tujuan penciptaan.
Selain itu memohon kepada para pengurus Majelis Taklim untuk juga memasukkan tema-tema Islamic parenting dalam materi pengajiannya yang bertujuan untuk memberi bekal kepada orang tua dalam mendidik dan mengasuh putra-putrinya. Yang tak kalah pentingnya juga mencanangkan program training pra-nikah bagi remaja dewasa usia nikah, guna memberikan bekal pengetahuan bagaimana mempersiapkan diri dan membangun kehidupan berkeluarga.
Apa harapan Muslimah Ahlulbait Indonesia dan saran bagi masyarakat kita?
Harapan kami terhadap masyarakat, hendaknya lebih meningkatkan kewaspadaan dan perannya dalam upaya mencegah kerusakan moral yang khususnya disebabkan oleh narkoba, miras dan juga ponografi. Terlebih lagi untuk meningkatkan keamanan lingkungan dari ancaman tindakan kekerasan seksual. (Lutfi/Yudhi)