Berita
Muharram, Bulan Duka
Bulan Muharram adalah bulan duka. Dalam catatan sejarah, bulan Muharram merupakan bulan kesedihan keluarga Rasulullah saw. Di bulan ini, cucu Rasulullah tercinta, Imam Husain as, berikut keluarga dan pengikut setianya dibantai di Karbala.
Karenanya, bulan Muharram kali ini, sebagaimana sebelumnya, menjadi momen yang tepat untuk menghidupkan kembali dalam ingatan kita perjuangan dan pengorbanan cucunda Rasul saw tercinta itu. Sebagai muslim yang sudah tentu menghormati dan mencintai Ahlulbait Nabi saw, kita seyogyagnya terus menghidupkan kembali gelora api kecintaan kepada Imam Husain as. Salah satu bentuk cinta adalah dengan melakukan apa yang dilakukan mereka, bersedih ketika mereka bersedih, dan berbahagia manakala mereka bahagia.
Baca juga Jangan Kau Larang Umat Islam Merawat Ingatan pada Tragedi Asyura!
Bagi para Imam Ahlulbait, bulan Muharram ini menjadi panji kesedihan dan duka cita. Imam Ridha as berkata, “Ketika bulan Muharam tiba, tidak seorang pun melihat ayahku tertawa. Hari-hari dilalui dengan sedih sampai hari kesepuluh. Ketika hari asyura tiba, kesedihan, duka, dan tangis beliau memuncak, Hari ini adalah hari dibunuhnya Husain as.’ (Wasail asy-Syi’ah, vol. 1, hal. 194)
Sejarah mencatat pembantaian keji ini yang siapa pun mendengarkannya niscaya akan tergugah hatinya, saat mana penguasa zalim dan keji Yazid bin Muawiyah demi mengukuhkan kekuasaanya melakukan kebiadaban ini. Kejadian ini tak pelak menjadi noktah hitam kelam dalam sejarah Islam. Kejadian besar itu juga sudah dinubuatkan oleh Rasulullah saw, bahkan di saat kelahiran Imam Husein as.
Manakala Sayyidah Fathimah Zahra melahirkan putranya yang kedua, Imam Husain as, Rasulullah saw datang dan berkata kepada Asma, “Berikan kepadaku putraku (di sini beliau menyebut Imam Husain as sebagai “putra beliau”—pen.).” Asma lalu menyerahkan Husain as kepada Rasulullah saw yang lantas meletakannya di pangkuan beliau.
Kemudian beliau melantunkan azan dan qamat di kedua telinga suci Husain as. Saat itu, wajah Rasul saw terlihat bermuram durja. Rasul saw lalu menangis. Jangut mulia beliau pun basah oleh cucuran air mata. Asma bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis? Bukankah ini hari kelahiran, hari semua orang bergembira?”
Dalam tangisnya, Rasul saw menjawab, “Jibril baru saja memberitahuku bahwa putraku ini akan dibunuh oleh kelompok zalim. Wahai Asma, jangan beritahu Fathimah tentang ini karena ia baru saja melahirkan.”