Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Monarki Arab Mengkhianati dan Memusuhi Rakyat Palestina

Rezim petualang perang, Amerika Serikat sesumbar berhasil menyatukan rezim zionis dan Uni Emirat Arab yang lebih dari 26 tahun tidak akur. Aktor utama dibalik penyatuan beraroma pengkhianatan itu tak lain dari menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump,yaitu Jared Kusher.

Abu Dhabi beralasan bahwa langkah normalisasi hubungan dengan rezim kolonial zionis untuk menolong Palestina. Sebab,sebagai barter dari normalisasi hubungan itu, rezim zionis harus menghentikan rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat. Padahal rencana pencaplokan zionis terhadap 30 persen wilayah Tepi Barat itu merupakan ide culas Trump.

Alasan menjalin hubungan agar pencaplokan rezim penjajah zionis terhadap wilayah Tepi Barat jelas hanya akal-akalan monarki UEA. Sebab hingga saat ini, meski rencana itu sudah diumumkan rezim zionis, namun belum jua dilakukan. Pasalnya, negara-negara Arab lainnya, seperti Yordania, mengancam akan memutuskan hubungan dengan rezim palsu zionis bila terus ngotot untuk mencaplok Tepi Barat.

Sementara itu, hubungan monarki UEA dan rezim kolonial Zionis sebenarnya sudah terbentuk sejak lama. Faktanya, secara diam-diam bos mata-mata zionis, Mossad, Yossi Cohen acapkali bolak-balik Tel Aviv – Abu Dhabi untuk membangun hubungan intelijen, seperti yang dilaporkan Sputniknews.

Keterlibatan Mossad dikonfirmasi samar-samar oleh Kantor Perdana Menteri zionis yang mengatakan bahwa Netanyahu berterima kasih kepada Cohen “atas bantuan Mossad selama bertahun-tahun dalam mengembangkan hubungan dengan negara-negara Teluk”.

UEA juga telah mengabaikan konsensus Arab yang telah lama ada bahwa pemulihan hubungan resmi dengan rezim zionis harus dilakukan hanya setelah konsesi dibuat dalam upaya perdamaian dengan Palestina.

Maka tak salah bila Palestina menyebut apa yang dilakukan UEA adalah pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaan. Adakah sebutan yang lebih tepat tentangnya selain pengkhianatan?

Sayang, monarki-monarki Arab lainnya di Teluk malah bertepuk tangan dengan dibukanya hubungan diplomatik rezim UEA dengan rezim zionis. Maka tak keliru jika banyak pengamat mengatakan bahwa UEA menjadi pintu masuk rezim penjajah zionis untuk menjalin hubungan dengan monarki-monarki Teluk.

Bahkan Jared berencana untuk menjadi broker bagi rezim zionis untuk menjalin hubungan diplomatik dengan monarki-monarki Arab di Teluk. The New York Times mengklaim, bos Mossad juga terlibat negosiasi dengan Arab Saudi dan Qatar. The Times of Israel mengutip “pejabat senior Israel” yang mengklaim bahwa Bahrain akan menjadi negara Teluk berikutnya yang menjalin hubungan diplomatik dengan rezim penjajah zionis.

UEA menjadi rezim Teluk pertama sekaligus monarki Arab kedua yang menjalin hubugan dengan zionis selain Yordania. Ditambah dengan Mesir yang membuka hubungan diplomatik dengan rezim zionis sejak 1979.

Fakta ini kian membuktikan bahwa monarki-monarki Arab sama sekali tak memberi dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka. Bahkan, mereka dengan bangga mempertontonkan dirinya sebagai musuh dan pengkhianat rakyat Palestina dan berposisi sebagai musuh.

Kendati begitu, rakyat Palestina sejatinya tak berjuang sendirian. Bangsa tertindas itu mendapat dukungan secara konsisten, terbuka, dan dalam skala penuh dari sejumlah negara demokratis di Timur Tengah yang dipimpin Repunlik Islam Iran. Di antaranya Suriah, Libanon, Irak, dan Yaman.[Billy]

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *