Prinsip-prinsip akidah itu mempunyai berbagai konsekuensi dan rincian yang semuanya membentuk sebuah sistem akidah agama. Adanya perbedaan di antara berbagai keyakinan merupakan sebab munculnya berbagai agama dan mazhab. Kita perhatikan bagaimana perbedaan tentang status kenabian sebagian nabi-nabi Tuhan dan tentang penentuan kitab yang orisinal dan utuh menjadi sebab utama perselisihan di antara agama Yahudi, Kristen dan Islam. Atau perbedaan-perbedaan lainnya seputar masalah akidah dan ibadah, sehingga sebagian dari agama itu sudah tidak sesuai lagi dengan ajarannya yang murni.
Contohnya, keyakinan orang-orang Kristen terhadap trinitas yang jelas tidak sesuai dengan prinsip tauhid, walaupun mereka telah berusaha untuk menafsirkan dan menakwilnya sebegitu rupa agar dapat diterima. Demikian pula perselisihan mengenai kepemimpinan dan penentuan khalifah setelah wafatnya Rasul saw, apakah penentuan khalifah itu merupakan urusan Allah ataukah urusan manusia? Persoalan ini merupakan sebab utama terjadinya ikhtilaf antara mazhab Ahlusunah dan mazhab Syiah dalam Islam.
Dengan demikian, tauhid, kenabian dan ma’ad (Hari Kebangkitan) adalah prinsip-prinsip akidah pada semua agama samawi. Meski begitu, terdapat keyakinan-keyakinan yang merupakan turunan dari prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, keyakinan terhadap keberadaan Allah adalah prinsip pertama, keyakinan terhadap keesaan-Nya adalah prinsip kedua. Atau, keyakinan terhadap kenabian merupakan sebuah prinsip semua agama samawi, sedangkan keyakinan terhadap kenabian Nabi Muhammad saw adalah prinsip yang khas pada Islam.
Sebagian ulama Syi’ah mcnjadikan keadilan Tuhan yang merupakan turunan dari prinsip tauhid sebagai prinsip akidah khas Syiah, juga imamah sebagai perpanjangan dari kenabian adalah prinsip akidah khas Syiah lainnya. Sebenarnya, penggunaan kata prinsip (al-ashl) pada ajaran-ajaran akidah seperti ini mengikuti konvensi dan tidak perlu lagi diperdebatkan.