Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Menutup Aib Sesama itu Wajib Hukumnya

Setiap manusia biasa di dunia ini tentu pernah berbuat kesalahan dalam hidupnya. Namun setelah berbuat salah, boleh jadi mereka juga menyadari kesalahannya dan berkeinginan menebus kesalahan itu dengan cara berubah menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Sayangnya, keinginan mulia tersebut kadang terhalang ketika kesalahannya di masa lalu selalu dibahas atau diungkap oleh orang lain.  Sehingga upaya dan proses itu sedikit terhambat akibat diumbarnya aib dan bayangan kesalahan masa lalu yang seolah tak dapat dihapus selamanya.

Karena itulah, Islam memandang bahwa menyimpan aib orang lain adalah hal yang penting, yang tak hanya berlaku dan bermanfaat untuk kehidupan di dunia saja namun juga untuk akhirat kelak.

Penutup Aib Orang Lain akan Ditutup Aibnya oleh Allah di Hari Kiamat dan di Akhirat

Seseorang selalu mendapat balasan sesuai dengan apa yang dilakukannya, barang siapa yang melakukan perbuatan baik seperti ayat Al-Quran tentang membahagiakan orang lain, tentu diberi kebaikan oleh orang lain, dan barang siapa pula yang berbuat buruk, cepat atau lambat juga akan mendapat balasan keburukan yang serupa. Hal itu pun sudah dijelaskan dalam hadis, salah satunya ialah hadis berikut:

“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang Muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang Muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba yang selalu menolong saudaranya.” (HR. Tirmidzi)

Menutup Aib Orang Lain Hukumnya Wajib

Rasulullah SAW bersabda:  “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (Shahih Muslim)

Menutup aib orang lain hukumnya wajib, sebagaimana membuka aib orang lain adalah haram hukumnya. Sama halnya manusia yang sesungguhnya juga memiliki banyak keburukan, namun keburukan tersebut ditutup oleh Allah. Demikian pula hendaknya manusia mesti memperlakukan sesamanya.

Keuntungan Menutup Aib Orang Lain

Keutamaan menutup aib orang lain yang merupakan perbuatan baik memiliki keuntungan seperti yang dijelaskan dalam hadis atau sumber syariat Islam yang telah disebutkan di atas, yakni sebagai berikut:

Allah akan Menutupi Aibnya di Akhirat Kelak. Keutamaan pertama yang akan diperoleh orang yang senantiasa menutupi aib orang lain ialah Allah SWT akan menutupi aib orang tersebut di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW. Beliau bersabda: “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim)

Allah juga Menutupi Aibnya di Dunia. Tidak hanya mendapat keutamaan ketika di akhirat kelak. Ternyata keutamaan menutupi aib orang lain juga akan diperoleh ketika ia masih hidup di dunia. Rasulullah SAW bersabda: “Barang Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Majah)

Seperti Menghidupkan Bayi yang Dikubur Hidup-Hidup. Keutamaan terakhir yang akan diperoleh orang yang senantiasa menutup aib orang lain ibarat ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.” (HR. Abu Daud)

Mengingat Aib Diri Sendiri Lebih Baik daripada Membuka Aib Orang Lain

Alangkah baiknya daripada membicarakan aib atau privasi orang lain lebih baik kita memperbaiki diri kita sendiri sebagaimana tips memperbaiki diri dalam Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis: “Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (HR. Bukhari)

Membuka Aib Orang Lain Sama dengan Ghibah

Pada dasarnya diharamkan bagi seorang Muslim mengungkapkan aib saudaranya karena ini termasuk ke dalam perbuatan ghibah dalam Islam yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesama Muslim pada saat orang itu tidak ada di hadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan.

Oleh karena itu para ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk ke dalam kategori dosa besar. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:12)

Kesalahan Orang Lain Wajib Dijadikan Pelajaran, Bukan untuk Diumbar

Yang harus kita ingat agar kita tidak membicarakan aib orang lain adalah mungkin saja ini ujian yang Allah SWT berikan kepada orang itu sehingga Allah SWT tampakkan kesalahan dan aib orang tersebut agar bisa menjadi ujian juga bagi kita dengan harapan kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang tampak dari aib itu.

Dengan demikian kita semestinya menutup aib tersebut sehingga Allah SWT akan memberi jaminan bahwa aib kita akan ditutup pula baik di dunia maupun di akhirat. Seandainya dosa itu dapat mengeluarkan bau busuk dan kita dapat mencium bau busuk tersebut, mungkin saja kita ini lebih busuk baunya dibandingkan orang yang tampak aibnya itu.

Tetapi karena Allah SWT telah menutup aib kita, Allah SWT telah menutup aib umat Nabi Muhammad SAW, maka apa yang kita rahasiakan ditutup oleh Allah SWT. Allah SWT masih mengharapkan taubat kita. Oleh karena itu, jika kita melihat aib yang ada pada diri orang lain, jangan sampai kita merendahkan dan menyebarkan aib itu. Sebab, kalau kita melakukannya maka Allah SWT akan membuka aib kita di dunia dan di akhirat.

Membuka Aib Orang Lain Sama dengan Makan Bangkai

Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal, selalu saja ada kekurangan. Boleh jadi ada yang indah dalam rupa, tapi ada kekurangan dalam gaya bicara, bagus dalam penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinggung, kuat di satu sisi, tapi lemah di sudut yang lain.

Dari situlah kita harus cermat mengukur timbangan penilaian terhadap seseorang, apa kekurangan dan kesalahannya dan mengapa bisa begitu, serta seterusnya. Seperti apapun orang yang sedang kita nilai, keadilan tidak boleh dilupakan. Walaupun terhadap orang yang tidak disukai, yakinlah kalau di balik keburukan sifat seorang Mukmin, pasti ada kebaikan di sisi yang lain.

Dari sisi lain, Islam  memandang menghujat dan berkata tidak senonoh sebagai perbuatan tercela dan tidak terpuji. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt mengharamkan surga bagi orang-orang yang gemar menghujat, berkata-kata buruk dan kurang malu yang tidak tahu menjaga omongannya.” (Bihâr al-Anwâr, jil. 60, hal. 207, Hadis 309)

Terkhusus kebanyakan tuduhan akan terlontar dalam ucapan-ucapan yang tidak senonoh dan dusta.

Al-Quran dalam mencela orang-orang yang menampakkan keburukan orang lain, menyatakan bahwa “Allah tidak menyukai seseorang menampakkan keburukan orang lain dengan ucapannya, kecuali orang yang dianiaya.” (Qs. Al-Nisa [4]:148)

Meski kita boleh mengukur kepribadian seseorang, kita tidak boleh mengungkapkan atau membicarakan hal tersebut karena hal itu bisa menjadi ‘aib’-nya sendiri. Ada sebuah pepatah Islam mengatakan, “Siapa yang membuka aib orang lain, sama dengan memakan bangkai.” (islamindonesia)

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *