Berita
Mengapa “Mujahidin” Tidak Berjihad Melawan Israel?
Akhir-akhir ini, Indonesia kembali digegerkan dengan diunggahnya dokumen milik warganegara Indonesia yang diduga adalah anggota ISIS di Suriah yang ditemukan oleh pejuang Kurdi. Foto beberapa dokumen itu diunggah oleh akun Twitter milik aktivis Kurdi, Dr. Partizan (@DrPartizan).
Sementara itu, menurut data resmi yang disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen Pol) Saud Usman Nasution dalam sebuah acara di Hotel Borobudur Jakarta, Desember tahun lalu, ada 384 WNI yang bergabung dengan ISIS dan sudah 53 yang tewas, sementara 4 orang lainnya diposisikan sebagai bomber.
Lalu, apa tanggapan Prof. Dr. Taufiq Ramadhan al-Bouthi, sebagai Ketua Persatuan Ulama Syam terkait adanya “mujahidin” dari Indonesia yang pergi “berjihad” ke Suriah?
Dalam sebuah Seminar Internasional bertema Peran Ulama dalam Rekonsiliasi Krisis Politik dan Ideologi di Timur Tengah, di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat (10/3), Taufiq Ramadhan al-Bouthi mengatakan sangat sedih jika benar ada warganegara Indonesia yang pergi “berjihad” ke Suriah.
“Mereka pasti akan menjadi korban sia-sia saja, tidak akan tercatat dengan tinta emas sebagai syuhada,” tegasnya.
Bahkan, dia mempertanyakan, mengapa para “mujahidin” Indonesia ini pergi ke Suriah? Mengapa bukan ke Palestina? Kenapa saat Masjidil Aqsa terancam dibongkar oleh rezim Zionis, mereka tidak datang ke Palestina, tapi justru pergi ke Suriah?
“Jadi saya sedih kalau ada rombongan orang Indonesia datang ke Suriah atas nama jihad,” terang Taufiq Ramadhan al-Bouthi.
Dia kemudian mengungkapkan sebuah fakta yang mungkin belum banyak diketahui publik bahwa mereka yang menganggap dirinya mujahidin dan ketika mereka terluka, sebagian dari mereka justru dilarikan ke rumah sakit-rumah sakit milik Israel. (Lutfi/Yudhi)