Berita
Menelisik Kegagalan Konferensi Warsawa
Setelah beberapa waktu lalu Amerika Serikat mensponsori propaganda untuk menyelenggarakan konferensi anti-Iran di Warsawa, ibukota Polandia, pada akhirnya konferensi dua hari ini berakhir kami malam (14/02) tanpa menghasilkan apa-apa.
Agenda konferensi adalah “Perdamaian dan Keamanan di Timur Tengah”, tetapi para pejabat senior AS, termasuk Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berulang kali menekankan pendekatan anti-Iran dalam pertemuan itu.
Sekalipun demikian, dikarenakan negara-negara lain tidak mengikuti pendekatan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat terhadap Iran, dalam pernyataan akhir pertemuan belum ada referensi ke negara tertentu. Pada saat yang sama, dalam konferensi pers penutupan pertemuan tersebut, menteri luar negeri Amerika Serikat dan Polandia yang menjadi tuan rumah pertemuan berulang kali menggambarkan Iran sebagai “ancaman keamanan”. Para pejabat Iran sejak awal pembentukan konferensi Warsawa ini telah menyebut sebagai konferensi anti-Iran.
Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengklaim bahwa ini adalah pertemuan puncak bersejarah di mana para pemimpin Israel dan Arab bertemu di ruang pertemuan dan membahas bahaya bersama Iran.
“Tidak ada perbedaan pandangan dari semua negara “ancaman Iran”. Amerika Serikat sedang mencari sanksi lebih banyak dan akan memberikan lebih banyak tekanan pada pemerintah Iran,” ungkap Pompeo.
Sejatinya, apa yang Pompeo tunjukkan kepada sekutu regionalnya, seperti Zionis Israel dan beberapa negara Arab seperti Arab Saudi, yang permusuhan mereka terhadap Republik Islam Iran memiliki sejarah panjang dan bahwa konferensi Warsawa kembali membahas ini dan menekankan apa yang disebut “bahaya Iran”, sama sekali tidak bernilai. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS dengan sengaja tidak menyebut kekuatan internasional berpengaruh lainnya, seperti anggota kelompok 4 +1 (Rusia dan Cina, Uni Eropa, Jerman dan Prancis), yang menentang pendekatan Washington, atau seperti Rusia yang tidak hadir pada pertemuan ini atau berpartisipasi pada level rendah.
Sementara itu, pernyataan Mike Pence, Wakil Presiden Amerika Serikat di sela-sela konferensi ini, yang mendukung perbedaan antara Eropa dan Amerika Serikat tentang Iran, adalah indikasi ketidakpedulian Uni Eropa dan negara-negara besar Eropa tentang pendekatan anti-Iran yang ditebar Washington dan penolakan mereka terhadap pembatalan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) .
Pence menilai Iran sebagai “ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas” dan dalam sebuah pidato meminta negara-negara Eropa untuk mundur dari perjanjian nuklir dengan Iran (JCPOA).
Wakil Presiden AS juga menggambarkan pembentukan saluran keuangan Eropa dengan Iran sebagai langkah untuk melanggar sanksi Amerika Serikat terhadap Republik Islam. Permintaan Pence ini ini telah ditentang oleh Uni Eropa.
Niels Annen, Deputi Menteri Luar Negeri Jerman mengatakan, “Jawaban kami sangat sederhana. Eropa bergerak dengan cara yang bersatu dan bijaksana. Kami mengandalkan tekanan dan dialog. Eropa akan tetap komitmen dengan JCPOA.”
Dengan demikian, terlepas dari upaya besar Amerika Serikat untuk menyelenggarakan konferensi inklusif demi menciptakan konsensus anti-Iran, namun penolakan peserta dalam konferensi ini untuk mengikuti Amerika Serikat dan Polandia untuk mengeluarkan pernyataan anti-Iran berarti Washington gagal mengadakan konferensi ini.
Menurut Bahram Ghassemi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, “Hasil dari konferensi yang gagal sejak awal telah mengubah pernyataan akhirnya sebagai dokumen yang tidak bermanfaat. Sebuah teks dan tulisan yang hanya dikeluarkan oleh dua negara penyelenggara dan tidak memiliki kredibilitas dan keputusan.” [PT]