Berita
Meneladani Pangeran Dipanagara, Priyayi-Santri Proletar
Nama besar Pangeran Dipanagara bagi bangsa Indonesia, terutama masyarakat Jawa amatlah masyhur. Dikenal sebagai pahlawan nasional yang pernah berjuang melawan penjajah Belanda dalam perang kolosal yang nyaris membangkrutkan Belanda itu, Pangeran Dipanagara menjadi salah satu pahlawan terbesar di Indonesia.
Dengan segala kebesaran dan prestasinya, ada banyak versi mengenai sosok besar Pangeran Dipanegara ini. Namun yang jarang kita dengar adalah pandangan dari keturunan trah Pangeran Dipanagara sendiri mengenai buyut mereka ini.
ABI Press beruntung bisa mewawancarai salah seorang keturunan Pangeran Dipanagara. Ditemui di Keraton Surakarta, Solo, ABI Press berbincang-bincang dengan Raden Mas Restu Budi Setiawan yang menceritakan sisi unik Pangeran Dipanagara yang tak hanya priyayi, tapi juga santri yang proletar.
“Pangeran Dipanagara itu sosok yang mumpuni.” Tutur RM. Restu. “Beliau orang yang mau berjuang tanpa memikirkan dirinya. Beliau itu Ndoro (priyayi) yang hidupnya bukan hanya di istana.”
R.M. Restu mengaku bangga eyangnya dihargai sebagai pahlawan nasional. Namun menurutnya ada yang lebih penting ketimbang menganggap Pangeran Dipanagara sebagai pahlawan semata, yaitu meneladani perjuangan beliau.
“Saya sebagai putra wayah tentu merasa bangga eyang saya dihargai sebagai pahlawan. Tapi tolong Eyang Pangeran Dipanagara itu jangan hanya dikenang sebagai sosok pejuang saja,” ujar R.M Restu.
“Tapi masyarakat harus tahu bahwa perjuangan Pangeran Dipanagara itu seperti ini loh. Keadaannya, kesusahannya, dan mau meneladaninya,” lanjutnya.
“Pemerintah juga jangan hanya memberi gelar pahlawan saja. Tapi anak keturunannya tidak diurusi. Bukannya kita minta diberi, tapi seharusnya kita diperhatikan dan diakui,” kritik R.M. Restu. “Seperti keraton Surakarta sendiri, keraton banyak melahirkan pahlawan nasional tapi keraton kurang diurusi.“
Priyayi Sekaligus Santri yang Proletar
Tak hanya dikenal dengan trah darah birunya, Pangeran Dipanagara juga dikenal sebagai sosok santri yang paham agama serta mencintai rakyat kecil.
“Bukan cuma sisi perjuangannya, yang patut ditiru masyarakat itu dari segi religi Pangeran Dipanagara,” ujar R.M. Restu. “Beliau itu sosok priyayi sing nyantri. Sosok yang perlu dicontoh. Bahwa priyayi itu tak hanya sosok yang ada di keraton, yang cuma urip enak mangan enak.”
“Pangeran Dipanagara juga adalah seorang priyayi yang mau berjuang demi rakyat dan kemaslahatan bersama waktu itu,” lanjut R.M. Restu. “Di tengah situasi politik Jawa, di mana VOC menjajah, Pangeran Dipanagara paham bahwa jika hal ini dibiarkan, maka negara akan hancur. Karena itu beliau berjuang.”
“Nah, aplikasinya di masa sekarang juga demikian. Kita mesti tahu negara kita sekarang seperti apa? Dan harus bagaimana kita menyikapinya?” tutup R.M. Restu Budi Setiawan. (Muhammad/Yudhi)