Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Meneladani Kehidupan Keluarga Imam Khomeini

Imam Khomeini adalah cahaya terang bagi sejarah Islam. Beliau merobek kegelapan dan membawa lentera bagi kebangkitan Islam dengan Revolusinya yang menumbangkan kezaliman dinasti Pahlavi di Iran pada 1979.

Kedati merupakan pemimpin politik dan tokoh spiritual Revolusi Islam, Imam Khomeini juga memiliki kehidupan seperti masyarakat pada umumnya yang memiliki keluarga.

Kehidupan di keluarganya, Imam Khomeini tak kalah hebat dibandingkan dengan ketika dirinya bertindak sebagai pemimpin politik atau spiritual. Beliau begitu menghormati dan menyayangi istrinya, Syarifah Banu Khadijah atau biasa dipanggil Khanom oleh Imam Khomeini.

Sang istri bercerita, bagaimana Sang Imam menghormati hak seorang istri. Beliau menceritakan bahwa jika memasuki ruangan, Imam akan menawarinya tempat yang lebih baik dibandingkan dengan tempatnya. Bahkan Imam tak pernah makan sebelum istrinya tiba di meja makan.

Imam juga selalu mengingatkan anak-anaknya, “Tunggu sampai Khanom datang.”

Imam sangat menghormati istrinya, sampai-sampai tak membiarkan istrinya melakukan pekerjaan rumah. Imam selalu berkata kepada istrinya, “Jangan menyapu.” Jika istrinya ingin mencuci pakian anak-anaknya di kolam, beliau akan menghampirinya dan berkata,”Bangunlah, jangan mencuci.”

Secara keseuluruhan, Imam tak menganggap menyapu, mencuci piring, dan bahkan mencuci pakaian anak-anak sebagai bagian tanggung jawab istri. Bahkan jika istrinya melakukan pekerjaan rumah, Imam akan kesal karena menganggap hal itu tak adil bagi istrinya.

Bahkan ketika istrinya masuk ke suatu ruangan, Imam tak akan menyuruh istrinya menutup pintu. Namun ketika istrinya sudah duduk, Imam baru bangkit dan menutupnya sendiri.

Putrinya, Siddiqa Mustafawi menceritakan, untuk urusan makan, Imam tak pernah mengambil makanan di meja makan sebelum istrinya. Imam tak mau menyusahkan istrinya walau sekecil apapun. Bahkan Imam tak pernah meminta dibawakan air minum, namun selalu mengambilnya sendiri. Jika posisinya jauh dari tempat air minum, beliau akan mengatakan, “Apakah tempat airnya tidak di sini?”

Imam tak pernah memerintahkan, “Ambilkan aku air!”

Perilaku beliau ini tak hanya berlaku kepada istrinya saja, namun juga terhadap semua anggota keluarganya termasuk, putri-putrinya. Seandainya Imam mengatakan ingin minum, maka seluruh anggota keluarga akan sangat gembira mengambilkannya. Namun, beliau tak pernah mau dibawakan air dan lebih memilih mengambilnya sendiri.

Bahkan di hari-hari menjelang wafatnya, tiap kali membuka mata, Imam selalu bertanya,”Bagaimana Khanom?” Kami menjawab, “Ibu baik-baik saja. Apakah Ayah ingin kami panggilkan Ibu?” Ia akan menjawab, “Jangan, punggungnya sakit. Biar ia beristirahat.”

*Sumber: Hamid Alqar – Potret Sehari-hari Imam Khomeini

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *