Berita
Mendukung Samin Menjaga Alam
Perjuangan warga Samin di Kendeng untuk menolak pendirian pabrik Semen mendapat dukungan dari berbagai kalangan baik mahasiswa, LSM, maupun kelompok masyarakat lain. Salah satunya adalah Gusdurian. Komunitas yang diketuai putri kedua mantan presiden Abdurahman Wahid yang punya kepedulian terhadap hak-hak rakyat kecil ini pun menggelar dialog tentang perjuangan warga Samin di kantor Wahid Institute, pada Jumat (5/6).
“Samin telah melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan sejak zaman Belanda,” terang Mokh Sobirin dari Yayasan Desantara yang selama ini melakukan advokasi bagi warga Samin dan menjadi pembicara pada malam itu.
Apa yang dilakukan warga Samin menurut Sobiri adalah demi melindungi daerah tempat tinggal mereka dari kerusakan alam, sebab rencana tempat pembangunan tersebut berada di daerah Karst, batuan yang menjadi sistem hidrologi dan bersifat menyimpan dan menata kelola air secara alami.
Sehingga apabila ada pembangunan pabrik semen di pengunungan Kendeng maka akan merusak sistem air alami yang selama ini menghidupi warga sekitar termasuk warga Samin di Rembang.
Menurut Sobiri alasan pabrik semen bersikukuh mendirikan pabriknya di wilayah Kendeng adalah karena di wilayah tersebut terkandung bahan-bahan utama untuk memproduksi semen, sehingga hal tersebut akan mempermudah pabrik untuk memproduksi semen dengan bahan yang sudah tersedia, seperti batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi.
“Mereka sedang berebut batu (batu karst),” kata Sobirin
Pembicara yang lain, Melanie Subono, aktris sekaligus aktivis perempuan menyatakan betapa mirisnya melihat kondisi Indonesia saat ini terutama saat Melanie bertemu langsung dengan ibu-ibu yang berjuang untuk menjaga alam demi kelangsungan hidup mereka. Maka Melanie yang telah mengubur profesi keartisannya demi membela hak-hak rakyat kecil berharap kepedulian masyarakat untuk turut memperjuangkan hak-hak mereka.
“Kita harus sadar dan mulai dari lingkungan kita masing-masing,” pesannya.
Dialog yang berlangsung sekitar dua jam malam itu diawali pemutaran film dokumenter “Samin Vs Semen” karya Watchdoc yang Melanie ada di dalamnya.
Sementara di akhir acara ada momen foto bersama dengan para pembicara. (Lutfi/Yudhi)
Apa yang dilakukan warga Samin menurut Sobiri adalah demi melindungi daerah tempat tinggal mereka dari kerusakan alam, sebab rencana tempat pembangunan tersebut berada di daerah Karst, batuan yang menjadi sistem hidrologi dan bersifat menyimpan dan menata kelola air secara alami.
Sehingga apabila ada pembangunan pabrik semen di pengunungan Kendeng maka akan merusak sistem air alami yang selama ini menghidupi warga sekitar termasuk warga Samin di Rembang.
Menurut Sobiri alasan pabrik semen bersikukuh mendirikan pabriknya di wilayah Kendeng adalah karena di wilayah tersebut terkandung bahan-bahan utama untuk memproduksi semen, sehingga hal tersebut akan mempermudah pabrik untuk memproduksi semen dengan bahan yang sudah tersedia, seperti batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi.
“Mereka sedang berebut batu (batu karst),” kata Sobirin
Pembicara yang lain, Melanie Subono, aktris sekaligus aktivis perempuan menyatakan betapa mirisnya melihat kondisi Indonesia saat ini terutama saat Melanie bertemu langsung dengan ibu-ibu yang berjuang untuk menjaga alam demi kelangsungan hidup mereka. Maka Melanie yang telah mengubur profesi keartisannya demi membela hak-hak rakyat kecil berharap kepedulian masyarakat untuk turut memperjuangkan hak-hak mereka.
“Kita harus sadar dan mulai dari lingkungan kita masing-masing,” pesannya.
Dialog yang berlangsung sekitar dua jam malam itu diawali pemutaran film dokumenter “Samin Vs Semen” karya Watchdoc yang Melanie ada di dalamnya.
Sementara di akhir acara ada momen foto bersama dengan para pembicara. (Lutfi/Yudhi)
Continue Reading