Berita
Mencari Tuhan di Tengah Bencana
Berbagi cinta kasih bersama para pengungsi korban banjir Desa Bangga menjadi rutinitas dan perhatian bagi banyak orang. Uluran tangan sebagai bentuk meringankan beban mereka yang sedang menderita adalah keyakinan perintah agama dan kemanusiaan.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata; apabila engkau ingin mencari Allah Swt, maka carilah di antara orang-orang yang menderita atau sedang dirundung masalah. Itulah yang dijadikan jalan keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Ibadah yang sifatnya ritual dipastikan terkoneksi satu paket dengan ibadah yang sifatnya sosial. Jika Ibadah ritual kita baik, maka hubungan sosial kita juga baik. Sebaliknya, jika ibadah ritual kita tidak baik, maka harapan untuk mendekati Allah akan semakin jauh. Semakin tinggi kesadaran agama maka semakin tinggi pula kepedulian sosial kita untuk berbagi dengan manusia yang sedang dirundung duka.
Begitulah agama menyuruh kita untuk berbagi kepada siapa saja, tanpa mengenal agama, ras dan suku bangsa. Siapa saja diantaramu yang memiliki keberlimpahan harta, maka dipastikan ada hak orang lain yang mesti ditunaikan.
Berbagi berarti menunaikan hak-hak pengungsi yang tidak saja mempererat tali cinta dan kasih, tetapi juga meningkatkan ketaatan dan kepatuhan terhadap perintah agama.
Berbekal semangat agama inilah, sehingga, rutinitas ibu-ibu di Posko Kemanusiaan Kampung Literasi Sigi (KLS) dan DPW ABI Sulawesi Tengah, dimulai dari pukul 11.00 malam sampai pagi hari jam 08.00 WITA khusus untuk menyiapkan sarapan pagi bagi para korban.
Ada beberapa orangtua yang rela tidak tidur satu malam hanya karena rasa empati berbalut agama, dan menganggap bahwa kerja-kerja kerelawanan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari prinsip kehidupan. Menyiapkan sarapan pagi untuk saudara-saudara yang tertimpa musibah.
Rela berbagi berarti menjalani satu tangga kemanusiaan untuk mencapai puncak ketaqwaan. Fase-fase perjalanan manusia inilah yang mesti diperhatikan secara serius oleh setiap orang, sebagai bagian mencari rahmat dan karunia-Nya. Karena betapa banyak manusia yang sering disebutkan dalam AlQuran memiliki sifat kikir, bahkan tidak mau melirik tetangganya yang sedang dirundung kesusahan.
Sungguh manusia tidak pernah kehabisan stok untuk memberi. Jika engkau hidup berlimpah harta maka sumbangkan hartamu, jika tidak, maka berikan tenagamu, jika tidak, sumbanglah pikiran positifmu.
Manusia berbekal potensi yang begitu banyak untuk bisa berbagi dengan sesama. Karena hidup adalah keterjalinan satu dengan yang lain, maka harus dipastikan bahwa apa yang kita bagi membuahkan kebahagiaan bagi semesta kehidupan.
Karena membahagiakan alam berarti membahagiakan manusia, membagiakan manusia berarti memuliakan Allah dan memuliakan Allah Swt adalah bentuk kesempurnaan yang tinggi atas ajaran kekasihnya, Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya.
Mahadin Hamran