Berita
Menanti Pemimpin Pengayom dan Peduli Rakyat
Perebutan kursi Gubernur DKI Jakarta kian hangat diperbincangkan. Ragam seminar dan diskusi digelar untuk menggalang gerak oposisi sekaligus untuk menyampaikan visi dan misi. Kondisi ini pun menarik perhatian kalangan Mahasiswa/i untuk saling berdiskusi, bahkan banyak organisasi turut menyikapi.
Bicara tentang situasi dan kondisi lokal Jakarta, DPD IMM DKI Jakarta menggelar seminar kebangsaan dengan tema “Konsep dan Kebijakan Pembangunan DKI Jakarta Tinjauan Pendidikan dan Kepemimpinan” di Aula Buya Hamka kampus B FKIP UHAMKA, Kamis (28/4).
“Masing-masing orang memiliki gaya sendiri-sendiri dalam memimpin. Gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh kearifan-kearifan lokal, budaya lokal, dan nilai-nilai keluarga,” kata Djarot Saiful Hidayat, Wakil Gubernur DKI Jakarta yang turut hadir menjadi pembicara seminar saat itu.
“Pemimpin harus pandai menyembunyikan emosi,” imbuhnya. Selain itu menurutnya, ketegasan juga sangat diperlukan, “ Tapi, ketegasan tidak perlu ditunjukkan dengan kerasnya suara,” ungkap Djarot sembari menjelaskan bahwa kepemimpinan memiliki nilai seni tersendiri. Seperti seni berdialog, bernegosiasi, meyakinkan orang lain, dan sebagainya.
Bicara tentang kepemimpinan, ada kutipan menarik yang dapat dijadikan pedoman dan pelajaran, yang tak lekang oleh waktu dan zaman. Sebuah pesan dari Imam Ali bin Abi Thalib kepada Malik Asytar saat pengangkatannya sebagai Wali Mesir dan sekitarnnya.
“Tanamkan dalam hatimu rasa kasih sayang, cinta dan kelembutan budi pekerti kepada rakyat. Jangan sampai kau jadikan dirimu laksana binatang buas yang bersiap memangsa mereka. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua: saudaramu dalam agama atau serupamu sebagai sesama mahluk. Kadang-kadang mereka tergelincir dalam kesalahan dan tergoda oleh pelanggaran, sehingga timbul akibat perbuatan tangan mereka, baik sengaja atau tidak (suatu kejahatan). Oleh sebab itu, berilah maaf dan ampunanmu kepada mereka sedapat mungkin, sebagaimana juga engkau mengharapkannya dari Tuhanmu. Engkau berada di atas mereka; pemimpin yang mengangkatmu berada di atasmu; dan Allah SWT berada di atas orang yang telah mengangkatmu!”
Dalam kutipan selanjutnya, Imam Ali juga berpesan: “Jadikanlah yang sangat kaucintai adalah perkara yang paling tengah (dekat) dalam kebenaran, paling luas dalam keadilan, dan paling memuaskan rakyat. Sebab, kemarahan rakyat kebanyakan mampu menghilangkan kepuasan kaum elit. Adapun kemarahan kaum elit dapat diabaikan dengan adanya kepuasan rakyat kebanyakan. Sesungguhnya kaum elit ini adalah kelompok yang paling berat membebani wali negeri dalam masa kemakmuran; paling sedikit membantu di masa kesulitan; paling membenci kesetaraan; paling banyak menuntut; paling sedikit berterima kasih bila diberi; paling lamban memaklumi bila ditolak; dan paling tidak sabar bila berhadapan dengan berbagai bencana.”
“(Sebaliknya) sesungguhnya rakyat kebanyakan dari umat ini adalah tiang agama, kekuatan terbesar kaum Muslimin dan bekal terkuat menghadapi musuh. Maka curahkanlah perhatianmu untuk mereka dan arahkan kecenderunganmu bersama mereka.”
“Adapun kelompok yang seharusnya paling kaujauhi dan kaubenci adalah orang-orang yang paling suka mengamati kekurangan-kekurangan rakyat. Seseorang wali lebih patut menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada rakyatnya. Maka jangan pernah membongkar apa yang tidak tampak bagimu, bahkan seharusnya kau putihkan yang sudah jelas tampak bagimu. Allah kelak yang akan memutuskan apa yang tidak tampak bagimu. Maka rahasiakanlah aurat publik (orang lain) sedapat mungkin, niscaya Allah juga akan menutup aurat yang kau tidak ingin diketahui oleh rakyatmu”.
Betapa jelas dan gamblangnya penuturan dan arahan Imam Ali dan alangkah beruntungnya rakyat jika punya pemimpin sebagaimana yang beliau harap dan gambarkan. (Malik/Yudhi)