Berita
Menag Resmikan Gedung Baru IAIN Pontianak
Rabu (2/3), setelah menghadiri pembukaan Rapat Kerja Daerah Kantor Wilayah Departemen Agama Kalimantan Barat, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menghadiri peresmian gedung perkuliahan baru di kampus IAIN Pontianak, Kalimantan Barat.
Tari Sekapur Sirih persembahan Sanggar Bougenville menyambut kedatangan Menag di Aula IAIN Pontianak. Tari karya H. Muhammad Yanis Chaniago ini dibawakan untuk menyambut kehadiran tokoh atau petinggi dalam sebuah acara.
Dalam sambutannya, Menag kembali menegaskan bahwa agama adalah bagian sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia.
“Indonesia memang bukan milik agama tertentu, tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler. Hubungan antara Indonesia dan agama merupakan relasi yang tidak bisa dipisahkan,” kata Menag.
Menurutnya, gerakan yang memicu konflik atas nama agama tidak dapat dibenarkan, karena esensi dari sebuah agama adalah menjaga harkat dan martabat seseorang.
“Jika ingin berdakwah, maka berdakwah harus kembali kepada ruhuddakwah atau esensi dakwah, yaitu mengajak bukan mengejek,” tambahnya.
Ikut hadir dalam peresmian tersebut Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH, Sekda Kalbar, Kakanwil Depag Kalbar Syahrul Yadi, Rektor IAIN Pontianak, perwakilan Pangdam Tanjungpura, Polda Kalbar, Kajati Kalbar, Walikota Pontianak, Bupati Kubu Raya dan civitas akademika IAIN Pontianak.
Gedung perkuliahan baru yang dinamai Gedung Prof. KH Saifuddin Zuhri itu menempati salah satu sisi bagian depan areal IAIN Pontianak yang total luasnya mencapai 4.5 hektar.
Dengan luas sekitar 3000 m, dengan dua ruang aula serbaguna dan 54 ruang kuliah dilengkapi AC dan LCD, gedung ini direncanakan akan menjadi salah satu pusat kegiatan perkuliahan dan kemahasiswaan di IAIN.
“Dengan bertambahnya gedung perkuliahanan ini, sebagai lembaga pelayan publik semoga IAIN Pontianak bisa memberikan pelayanan yang lebih baik bagi mahasiswa,” harap Menag.
Setelah peresmian, Menag menegaskan bahwa lembaga keagamaan, tidak hanya Islam, tapi juga Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, semuanya mempunyai pengaruh signifikan dalam menjaga agar pengetahuan keagamaan yang berkembang tidak menyimpang dari esensinya, yaitu memanusiakan manusia. (Hakim/Yudhi)