Berita
Menag: Agama Tidak Hanya Bisa Didekati Dengan Nalar, Tapi Juga Dengan Rasa
Jakarta – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan, agama tidak hanya bisa didekati dengan nalar, tapi juga dengan rasa.
Menag menyampaikan, Pagelaran Paduan Suara Perguruan Tinggi Agama Katolik ini tidak hanya semata bisa kita lihat dari perspektif seni semata, tapi banyak hal positf yang bisa didapatkan, di antaranya agar bagaimana generasi muda kita senantiasa terbiasa mengolah rasa, memiliki sensitifitas.
“Bagaimana rasa hadir dalam kita menebarkan kasih kepada sesama sebagai kewajiban kita sebagai manusia di tengah masyarakat. Agama bisa tidak hanya bisa didekati dengan nalar, tapi juga rasa,” ujar Menag saat membuka lomba atau Pagelaran Paduan Suara Tingkat Nasional Perguruan Tinggi Agama (PTA) Katolik di Jakarta, Minggu (5/11) malam.
“Dengan lomba ini, rasa itu bisa hadir dan mengedepan,” katanya.
Menurutnya, terkadang di beberapa tempat seringkali agama di bawa dengan cara sama sekali tidak di bawa dengan rasa. Padahal agama hadir menebarkan kasih, membangun kerukunan, menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan kita, bukan justru sebaliknya.
Menag juga terkesan dengan tema kegiatan ini – Dengan Lomba Paduan Suara Tingkat Nasional Perguruan Tinggi Agama Katolik, Kita Tingkatkan Kualitas Hidup Menggereja, Berbangsa dan Bernegara – bagaimana kualitas hidup semakin menggereja.
Disampaikan Menag, ia teringat ungkapan Mgr. Sugijopranoto SJ yang menyampaikan ungkapan, bahwa setiap kita (umat Katolik) 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia.
“Menggereja dalam pandangan saya, seluruh aspek hidup kita ada rujukannya dengan nilai-nilai agama, dalam menjalani kehidupan senantiasa tidak tercerabut dari gereja, tapi juga berbangsa dan bernegara. Ini sesuatu mendasar, setiap umat beragama harus 100 persen, tapi juga kita sebagai warga negara Indonesia, adalah 100 persen Indonesia,” kata Menag.
Senada disampaikan Uskup Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dalam sambutannya menyampaikan, tema yang diangkat dalam kegiatan ini sangat menarik.
“Ketika saya membaca tema ini, yang masuk di dalam diri saya, suatu istilah dalam kosakata Gereja Katolik yang dipopulerkan Paus yaitu Jalan Keindahan, secara sederhana, kita bisa sampai kepada Tuhan melalui hal-hal yang indah. Kita tahu yang menyanyi lagu itu menyuarakan lagu keindahan,” ujar Uskup Agung.
Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, menilai serupa bahwa aspek yang dikaji dari paduan suara ini bahwa seni bisa menyatukan kita, bahagia dan memberi kepuasan spiritualitas.
Dihadapan peserta yang berasal dari 20 perguruan tinggi agama Katolik, Menag mengaku, dahulu ia sering iri kepada mereka yang memiliki suara bagus.
“Orang bilang, batuk saya saja fals, tapi akhirnya saya bisa menenangkan diri, kalau suara saya bagus, saya mungkin jadi penyanyi, tapi tidak jadi Menteri Agama,” kelakar Menag yang disambut meriah hadirin.
Pagelaran paduan suara tingkat nasional yang digelar setiap 3 tahun ini diikuti 20 Perguruan Tinggi Agama Katolik seluruh Indonesia, dengan jumlah kontingen 440 orang bersama official masing-masing kontingen.(Kemenag)