Berita
Memprotes Kekejaman Rezim Arab Saudi
Dalam data yang dirilis dalam bentuk selebaran, tertulis berbagai informasi dan tuntutan perihal aksi mereka berdemonstrasi di sana. Syaikh Nimr merupakan satu dari 30.000 lebih tahanan politik (merujuk catatan lembaga Hak Asasi Manusia) yang mendapat perlakuan tidak adil oleh rezim kerajaan Arab Saudi. Mereka dipenjara hanya karena meperjuangkan kemanusia hak dan keadilan, serta melakukan protes atas kebijakan-kebijakan kerajaan Arab Saudi yang dinilai tidak mencerminkan nilai keadilan dan kemanusiaan.
Syaikh Nimr merupakan ulama terkemuka di Arab Saudi yang menyuarakan kesetaraan dan reformasi. Atas hal itu, ia dituduh murtad, dianggap teroris, dipersekusi, dan divonis mati setelah sebelumnya disiksa secara brutal oleh rezim kerajaan Saudi.
Koordinator aksi pun mendapat kesempatan berorasi. Masih sama slogan yang usung. “Free Makkah.. Free Madinah.. Free Syaikh Nimr!’’. Ia adalah Muhammad Sabana. Demi menyuarakan ketertindasan rakyat Saudi, dan membela nilai-nilai keadilan, ia rela meluangkan waktunya di tengah panas terik matahari dikala yang lain sibuk bekerja untuk kepentingannya sendiri ataupun duduk manis di rumah sambil minum kopi.
Ia pun lantang meneriakkan apa yang ada dalam benknya. Berharap ada yang mendengar, ataupun wartawan datang meliput dan meneruskan pesan yang ia harapkan. Yaitu terpenuhinya tuntutan-tuntutan yang ia usung bersama kawan-kawan. “Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Tapi mengapa kerajaan Saudi berbahasa Arab tak mengerti nilai-nilai keadilan, kemanusiaan dan hak asasi manusia yang terkandung di dalam Al-Quran,” tutur Muhammad Sabana.
“Hal ini tidak banyak yang tahu,” tutur Muhammad Sabana kepada ABI Press saat mewawancarainya usai demontrasi berlangsung. Sebab itulah ia bersama teman-temannya akan bertekad terus menggalang aksi untuk menyuarakan hal ini; melalui work shop, bekerjasama dengan organisasi-organisasi dan lembaga kemanusiaan lainnya.
Sebab menurutnya, kekejaman yang dilakukan rezim Saudi ini tidak dapat ditolerir lagi. Semua orang harus tahu agar dapat menekan rezim itu untuk menghentikan kekejamannya. “Rezim Saudi tidak mencerminkan nilai keislaman sama sekali, bahkan kejahatannya seperti halnya Amerika dan Zionis,” ungkapnya. Sebab itulah, yel yel yang dilontarkan adalah “Free Makkah.. Free Madinah..!” yang bermaksud ingin menyuarakan pula dibebaskannya dua kota suci di tanah Arab itu dari cengkraman rezim Saudi yang menjadikan ritual haji dan perjalanan suci ke Makkah dan Madinah seringkali berseberangan dengan semangat spiritual keagamaan, justru semangat politik dan keuntungan.
Ia juga menilai ketidaktahuan masyarakat akan kekejaman rezim kerajaan Arab Saudi ini lantaran peran media yang bungkam. Entah sengaja mau menutup-nutupi karena kepentingan politik, ataukah ada hal lain yang lebih menguntungkan untuk diberitakan.
“Dalam aksi ini kita juga kurang dalam hal persiapan. Bisa dilihat yang hadir tidak begitu banyak. Walau begitu kita akan terus berbenah diri untuk mempersiapkan aksi selanjutnya hingga tuntutan ini terpenuhi,” pungkasnya kepada ABI Press.
Beberapa tuntutan aksi itu adalah segera dibebaskannya 30.000 tahanan politik di Arab Saudi, dibebaskannya Syeikh Nimr dari segala tuntutan, mengirimkan penyidik HAM PBB untuk menyelidiki pelanggaran HAM dan kebijakan anti kemanusiaan rezim Saudi, dan pengadilan terhadap rezim Saudi dan seluruh kroninya di pengadilan PBB.
Hari Protes Internasional terhadap rezim Arab Saudi ini juga berlangsung di sejumlah kota di dunia seperti London, Chicago dan lain sebagainya. (Malik)