Berita
Membentuk Karakter Anak Melalui Cerita
Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution di Medan, Selasa (31/10), mengatakan, Indonesia kaya akan budaya tradisional dengan nilai-nilai filosofis dan kearifan lokal seperti halnya mendongeng. Mendongeng merupakan warisan leluhur yang dinilai dapat menjadi sarana untuk melatih imajinasi dan kreativitas anak secara natural, sehingga mereka bisa menjadi orang yang berkualitas saat dewasa. “Bagaimanapun karakter anak harus dibentuk secara alami melalui proses yang seharusnya dilaluinya pada dimensi-dimensi waktu tertentu. Ada begitu banyak buku dogeng yang bisa dijadikan inspirasi bagi orang tua untuk mendongengkan anaknya,” kata Akhyar.
Selain pembentukan karakter sejak dini pada anak, Akhyar menilai, mendongeng (cerita) juga dapat mendekatkan orang tua dengan anaknya baik secara psikologis maupun secara emosional sehingga terjalin hubungan romantis dalam keluarga. “Bayangkan saja, anak-anak zaman sekarang sudah lebih berkutat dengan gadget. Bangun tidur cari gadget, mau tidurpun cari gadget. Bagaimana anak-anak kita bisa cerdas bekembang kalau salah proses pembentukannya,” ujar Akhyar seperti dilansir situs berita Antara.
Ia menambahkan, bahwa anak adalah manivestasi bangsa yang sejak usia dini perlu didorong perkembangannya secara motorik dan psikomotorik, karena pada usia dini ini, perkembangan anak sangat ditentukan.
Cerita di dalam Islam
Jika dongeng yang merupakan kisah fiksi atau khayalan dinilai mampu membangun karakter pada anak-anak, maka Islam memiliki khazanah cerita lebih kaya. Banyak kisah nyata kehidupan para Nabi dan Rasul maupun keluarga dan para sahabatnya yang diabadikan di dalam al-Quran maupun diceritakan dalam hadis-hadis. Allah Swt telah mengirimkan para Nabi dan Rasul di tengah-tengah umat manusia sebagai teladan yang bisa dicontoh segala sifat baiknya mulai dari tutur kata hingga tingkah lakunya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (Q.S. Al-Ahzab ayat 21)
Melalui cerita yang diabadikan itu Islam tidak hanya ingin menggiring pembacanya pada proses pembentukan karakter saja, melainkan juga menguatkan keimanan terhadap Sang Pencipta, Allah Swt. Melalui mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan para nabi dan rasul, dapat dijadikan pelajaran bagi umat-umat setelahnya untuk meneguhkan hati umat manusia.
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah datang kepadamu kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Hud ayat 120). (M/Z)