Berita
Membaca Posisi Indonesia dalam Ketegangan di Semenanjung Korea
Sejak berakhir perang dingin, Korea Utara (Korut) menjadi pusat perhatian. Sebagian pandangan meyakini Korut akan menciptakan perdamaian dan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea; pandangan lain menempatkan Korut sebagai ancaman keamanan.
Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea (PPIK) Teguh Santosa mengatakan, ketegangan yang terjadi saat ini di semenanjung Korea tidak hanya disebabkan oleh Korut yang selama 2017 sudah 19 kali uji coba senjata, tetapi juga disebabkan latihan militer bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pernyataan itu disampaikan Teguh saat mengisi diskusi terbatas di Jakarta, Kamis (9/11) dengan tema “Membaca Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Korea Utara dan Dampaknya Bagi Indonesia.” Diskusi dipandu oleh Hendrajit, Direktur Global Future Institute (GFI).
Pembicara Lain adalah Bobby Adhityo Rizaldi anggota Komisi I DPR RI, Yudi Swastanto Dirjen Strategi Kemhan, Perwakilan Lemhannas, Dan beberapa narasumber lain yang fokus berbicara mengenai kemungkinan-kemungkinan jika akan terjadi perang, dan bagaimana mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada Indonesia.
Teguh Santosa yang juga Ketua Umum Serikat Siber Indonesia (SMSI) ini mengatakan bahwa kini dunia tengah memasuki ketegangan baru. Bila mampu meramu kreativitas dalam merancang kebijakan luar negeri, Indoneaia dan ASEAN, sebutnya, memiliki peluang tidak hanya menjadi middle power, tetapi juga menjadi leading power. Sebagai negara penggagas gerakan Non-Blok dengan politik luar negeri bebas aktifnya, Indonesia mungkin bisa berperan menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea dengan tanpa harus memihak salah satu kubu yang tentu memiliki kepentingan masing-masing. (Mujib/MZ)