Berita
Mekah dari Zaman Nabi Ismail as Sampai Suku Quraisy
Berkat berdirinya Kabah, Mekah menunjukkan keberadaannya. Konon, di tanah kelahiran Sang Nabi Penutup Saw inilah, Adam as manusia pertama turun dari surganya. Lalu atas perintah Allah ia membangun Baitullah itu. Kemudian diperbaharui oleh putranya yang bernama Syits.
Dikabarkan, pada masa nabi Nuh as Mekah tenggelam ketika badai bah nan dahsyat membanjiri bumi. Setelah air surut diserap bumi dan hujan lebat nan hebat dari langit terhenti, kehidupan bangkit lagi dan penduduk bumi mulai mendirikan bangunan-bangunan.
Ketika nabi Ibrahim as membawa isteri dan putranya yang masih bayi ke Mekah, tanah ini gersang dan tidak produktif. Hal ini disebabkan oleh antara lain, hawanya yang panas dan bukit-bukit yang menjadi penghalang angin lembab berhembus di sana. Faktor lainnya, ia merupakan lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman.. (QS: Ibrahim 37). Ialah sebuah kalimat dari doa nabi Ibrahim as (ayat 35 sampai 40):
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhan-ku, jadikanlah negeri ini (Mekkah) negeri yang aman… Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati…”
Belum lama nabi Ibrahim pergi harus berpisah dari Hajar dan bayinya, Ismail, yang masih menyusu saat itu, persediaan air minum mereka telah habis. Maka Hajar bergegas mencari air di bukit-bukit Mekah. Hingga Allah swt melalui malaikat Jibril as, memancarkan air segar nan jernih bagi Ismail saat ia menendang-nendang tanah bumi di situ. Ialah air Zamzam yang dikabarkan adanya oleh sejarah sekitar duaribu tahun SM.
Dikenal Sebagai Tanah Suci
Mata air ini membawa kehidupan yang berkah di Mekah, dan mengundang orang-orang dari kabilah Jurhum yang tinggal di Yaman dan sekitarnya, juga yang dari Palestina datang dan pergi. Dari jauh di tengah perjalanan, mereka melihat ramai burung yang turun dan terbang di daerah yang mereka kenal sebagai tanah yang gersang. Mereka bertanya-tanya, ada apa gerangan di sana?
Akhirnya kaum Jurhum hijrah. Mereka datang kepada Hajar dan meminta izin untuk tinggal, karena dia lah seorang yang menetap di tanah itu dan menjadi pemilik mata air sumber kehidupan. Hajar mengabulkan permintaan mereka itu, dan dengan demikian lah Mekah menjadi sebuah kota pasca peristiwa badai Nuh as.
Di tengah mereka Ismail tumbuh dewasa dan menikahi seorang putri dari kabilah ini, bernama Imarah. Menurut sejarah, ia menikah lagi dengan Sayedah dan kemudian melahirkan dua belas anak darinya. Kaum Jurhum memandang Ismail sebagai pemimpin mereka.
Nabi Ibrahim as ketika datang untuk kesekian kalinya, menyampaikan perintah Allah kepada putranya dan mengajak ia bersama lalu dengan semangat keduanya membangun Kabah sebuah rumah untuk ibadah kepada Allah swt. Setelah bangunan ini jadi, Ibrahim as dengan suara yang tinggi menyerukan semua orang untuk melaksanakan manasik haji yang beliau ajarkan kepada mereka. Orang-orang luar daerah pun datang untuk berziarah ke Baitullah dan melaksanakan manasik. Lambat laun Mekah dikenal di Jazirah Arab bahkan meluas di wilayah-wilayah lain- sebagai tanah suci.
Mekah Sampai di Tangan Suku Quraisy
Nabi Ismail as kemudian wafat. Kepemimpinannya atas Mekah berpindah di tangan putranya bernama Nabit. Sepeninggal dia, kaum Jurhum mengambil kepemimpinan ini dari tangan keluarga Ismail. Setelah bertahun-tahun dalam masa yang panjang, kabilah Khuzaah yang juga hijrah dari Yaman, mengklaim diri sebagai yang berwenang atas Mekah. Kemudian berkuasa setelah memenangkan perang yang menumpahkan darah di antara dua kabilah ini.
Sekitar tiga atau lima ratus tahun mereka memerintah Mekah. Di tengah masa selama itu mereka menghalau serangan berulangkali dari kaum Tabatiah (jamak dari Tubba julukan para raja Yaman), dan mencapai kemenangan.
Di Mekah tersebar pemujaan terhadap patung berhala, melalui Amr bin Luhai Khuzai seorang hartawan yang mempunyai kuasa dan pengaruh. Orang inilah yang membawa patung-patung berhala yang dia bawa dari Syam ke Mekah.
Seorang menantu penguasa terakhir Khuzai di Mekah, bernama Qushai bin Kilab (datuk kelima nabi Muhammad saw), setelah kematian mertuanya ini, mampu mengambil alih kepemimpinan dengan sifat bijaknya. Sampai kemudian wewenang atas Mekah berpindah ke tangan suku Quraisy.
Referensi: Makkah az Bastare Tarikh (alhassanain)