Berita
#MaknaHaji: Pesan Terakhir [3]
sebelumnya #MaknaHaji: Pesan Terakhir [1] dan [2]
Selidiki lagi Alquran engkau akan diberitahu dengan cara yang simpel dan jelas, bukan dengan teori-teori filosofis, bukan dengan bahasa yang canggih, dan bukan dengan menggunakan istilah-istilah teologis skolastik yang membingungkan. Alquran ditulis dengan bahasa yang begitu simpel sehingga dapat dipahami oleh kalangan tidak terpelajar sekalipun.
Orang-orang yang beriman berjuang di jalan Allah dan orang-orang kajir berjuang demi tuhan-tuhan palsu. Maka perangilah kaki-kaki tangan setan itu. Swangguhnya strategi setan ini sangat lemah. (Q8. an-Nisa: 76)
Perangilah para kaki tangan (hamba) setan? Ya, itulah tuhan-tuhan palsu Trinitas.
Wahai engkau yang suka menolong di jalan Allah Yang Mahakuasa, wahai engkau yang melindungi diri dari serangan-serangan gencar setan yang tiada henti dengan ilmu pengetahuan dan kewaspadaanmu, wahai engkau yang melawan sihir dan tipu daya setan dengan kesalehanmu.
Laksana seoker laba-laba, musuh telah menebar jaring-jaring uang dan kekuasaan untuk menjerat manusia dan menghisap darahnya.
“Jangan takut mati dan jangan mundur atau menunda pertempuran. Berbuat baiklah agar engkau tidak akan menghadapi jalan yang berbahaya.”
Wahai engkau yang meyakini monoteisme (tauhid) dan bertanggung jawab untuk menuntut balas kematian Habil. Wahai engkau yang memikul tanggung jawab para nabi -Kitab, Timbangan dan Besi.
Wahai engkau putra Adam.
Wahai engkau yang berasal dari tengah manusia.
Wahai engkau yang menjadi contoh “kemampuan”. “kcmerdekaan”, dan “kepandaian”. Berlindunglah pada Allah, Pemilik manusia, Raja manusia, dan Kekasih manusia.
Wahai Haji yang telah berbaris di jalan merah kesyahidan dengan berjalan dari Arafah menuju Mina. Wahai Haji yang telah mclangkah di atas kuburan berhala yang tcrakhir.
Wahai Haji yang telah mendaki puncak kebebasan.
Wahai Haji yang telah mcnaklukkan negeri Mina.
Wahai pengikut sunah Ibrahim as dan Muhammad Saw. Waspada dan hati-hatilah! Engkau berada dalam bahaya ancaman Kabil dan kembalinya tuhan-tuhan palsu. Sang rasul berada dalam bahaya! Pesan yang dibawanya berada dalam bahaya! Hati-hatilah terhadap bahaya berhala-herhala. Mintalah perlindungan kepapa Pemilik, Raja dan Kekasih manusia, ada tiga berbala yang mewakili satu setan, satu KabiI -maka takutlah terhadap;
Kejahatan dari yang berbisik-bisik. Yang membisikan ke dalam hati manusia. Yaitu jin dan manusia. (QS. an-Nas: 4-6)
Apa dan siapakah sang waswas (pembisik) itu? Menurut kamus waswas adalah orang yang membisikkan desas-desus atau isyarat. Keadaan melankolik yang merupakan penyakit dari mengganggu pikiran manusia ini menciptakan perasaan tak berguna dalam kesadaran seseorang. Yang disugestikan itu memasuki alam bawah sadarmu yang muncul dan berbicara kepadamu. Engkau dapat mendengarnya tapi bukan dengan telingamu! Engkau dapat melihatnya tapi bukan dengan matamu! Bagaimanakah sang pembisik yang mengganggu pikiran manusia ini? Dialah khannas sang pembisik.
Apakah itu khannas? Menurut kamus khannas adalah setiap sesuatu yang menyesatkanmu, menyerangmu, membuatmu terlena, mengikutimu atau memperdayakanmu. Meskipun engkau berusaha lari, ia akan tetap mengikutimu. Apa yang dilakukan oleh khannas sang pembisik ini? Ia menggoda dan mengilhamkan kejahatan ke dalam hatimu.
Apakah itu godaan? Menurut kamus, godaan adalah bujukan terhadap kita untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak bijak atau tak bermoral untuk menimbulkan penyakit yang mengganggu kebijakan kita dan menciptakan perasaan tergila-gila, kebingungan dan perasaan tidak berguna. Terbuat dari apakah khannas sang pembisik ini? Bisa jadi ia adalah jin atau manusia.
Apakah itu jin? Ia adalah kekuatan yang misterius, tak dapat dilihat dan tidak manusiawi yang mengendalikan manusia. Betapa pun jelasnya diterangkan kepada kita, namun sekarang ia lebih pandai dan lebih tragis. Ketiga berhala itu tersembunyi namun dapat dilihat. Mereka pergi, berubah warna dan pulang kembali. Mereka akan dikalahkan dan akan bangkit kembali. Sekarang ini kapitalisme dan kolonialisme yang berkuasa berganti baju dengan neo-kolonialisme. Ketiga berhala terlibat dalam mengalienasi dan mengindoktrinasi manusia dengan dibantu para pakar mereka dan teknologi canggih.
Shandel mengatakan;
“Bahaya terbesar saat ini yang mengancam umat manusia bukanlah ledakan bom atom melainkan perubahan sifat azali (fitrah) manusia. Unsur kemanusiaan dalam diri manusia sedang dihancurkan dengan kecepatan yang begitu besar, sehingga dihasilkan ras yang tidak memiliki sifat kemanusiaan. Mesin berbentuk manusia (robot) tidak diciptakan oleh Tuhan maupun alam. Manusia menjadi budak yang tidak melihat atau mengenal tuannya. Kemerdekaannya hanyalah berusaha semampu mungkin menjadi budak yang baik. Ia dibeli dengan uang, tapi yang membayar adalah dirinya sendiri. Ia menunggu selama berjam-jam dalam antrian panjang di rumah perampok untuk mendapat giliran dirampok. Ia bagaikan seorang budak yang tidak bisa berkembang lagi. Ia mendapatkan segala sesuatu yang dikehendakinya dengan membayarkan apa saja yang dimilikinya. Yang dipercayanya hanyalah bisnis dan keyakinannya ini membuat dia siap untuk membayar lebih dari apa yang ia dapatkan. Pola hidupnya sudah didesain sebelum ia lahir. Dengan demikian hidupnya lebih merupakan pekejaan, ketimbang kehidupan yang sesungguhnya. Sekarang ia memiliki peluang untuk menemukan dunia, namun ia telah kehilangan Tuhan dan kemanusiaan selamanya.
Tragedi ini melampaui imajinasi manusia. Fitrah manusia sedang berubah. Tiga kejahatan yang menggoda itu bukan hanya kekuatan ‘senjata’, kekuasaan emas atau gemerlap manik-manik. Mereka juga menggunakan kekuatan sains yang luarbiasa. Seni sulap yang menakjubkan langkah dan kecanggihan ‘teknik’ dalam trik-trik dan rencana mereka. Zaman sekarang kelihatannya seolah-olah tidak ada lagi penindasan perbudakan, tapi kenyataannya, manusia di seluruh dunia diperbudak oleh rantai-rantai yang tidak terlihat. Manusia bebas untuk memilih oran yang mereka kehendaki, tapi jauh sebelum mereka memilih, “para khannas pembisik” telah membisikkan ke dalam hati mereka.
Tragedi yang terjadi saat ini adalah tragedi ‘alienasi’, Alienasi berarti manusia menjadi tidak bersahabat dan acuh tak acuh. Manusia yang teralienasi adalah manusia tidak waras yang kepribadian dan kesadaran aslinya tersembunyi. Kezaliman politik, diskriminasi sosial dan cara-cara eksploitasi Barat gaya lama, setahap demi setahap menghilang, namun muncul kembali dalam bentuk yang lebih buruk -sebagai rezim-rezim kapitalistik yang berlindung di balik topeng liberalisme dan demokrasi. Perbudakan, penjarahan oleh bangsa Tar Tar dan Hukum Jengis Khan (Yasa), penindasan dan penyiksaan oleli rezim-rezim yang kejam bangsa Teimur dan Hulagu telah lenyap di Timur, tapi semuanya muncul kembali dalam bentuk yang lebih memperdayakan, atas nama modernisasi dan peradaban, hanya untuk menyembunyikan wajahnya yang asli, yakni k0lonialisme.
Para penguasa yang tiranis dan para pembunuh profesional dari zaman kolonialisme lama menghilang di dunia ketiga. tapi sistem ekonomi mereka, rezim politik, hubungan sosial, pendidikan, seni, moral, kebebasan seks, ideologi, propaganda media, literatur, mode, kegilaan budaya, nihilisme, superkonsumerisme dan westernisasi semuanya dengan cara yang tak terlihat muncul kembali dalam kolonialisme baru. Mereka muncul tidak sebagai kaum laki-laki di barak-barak militer, kantor-kantor pemerintah, jalan-jalan atau pasar-pasar.
Dengan cara yang tidak kentara, mereka masuk dengan tangan-tangan yang tidak dapat merasakan dan menjalin hubungan-hubungan rahasia untuk membentuk struktur ekonomi, sistem sosial, keyakinan, sifat, spirit, moral, “nilai-nilai”, “suara” dan pikiran-pikiran manusia (alienasi).
Selama empat belas abad ini tak pemah ada saat yang tepat untuk menafsirkan makna dari Surah an-Nas yang indah ini. Selama lebih dari lima ratus abad kehidupan umat manusia, ‘sang pembisik’ tidak pernah mengorbankan manusia dengan godaan-godaannya yang dilakukan secara terang-terangan maupun rahasia. Sang ‘pembisik yang jahat’ itu tidak pernah menghancurkan hati manusia melalui kejahatannya.
Oh ya, memang tidak pernah! Ayat-ayat terakhir dari Alquran yang mulia ini ditafsirkan dengan
begitu jelas di sepanjang sejarah. Kaum intelektual dan para sosiolog masa kini, yang begitu mengenal kapitalisme dan neokolonialisme sangal mengetahui bahwa sistem-sistem ini akan membakar seluruh pasar demi mendapatkan sehelai sapu tangan. Mereka tahu bagaimana mengacaukan sains untuk mcncapai tujuan mereka dan mendorong kebodohan atas nama peradaban. Mereka tahu bagaimana para pembisik dan dukun-dukun merusak budaya, agama, dan kesadaran bangsa serta membiarkan hati mereka hampa. lni mengakibatkan terjadinya alienasi yang membuat mereka memiliki pandangan yang negatif terhadap diri mercka sendiri. Mereka diupayakan hanya menjadi peniru dan konsumen belaka, tak lebih dari itu.
Zaman sekarang para pekerja kemanusiaan yang sadar dan visinya tidak dibatasi oleh pandangan yang tradisional dan sektarian, tidak tcrlena oleh bcrbagai problem lokal, prasangka sejarah, profesi, pendidikan dan situasi-situasi yang biasa. Mereka tidak puas hanya sekadar menjadi pengamat operasi-opcrasi politik yang tidak stabil, mereka juga tidak berpura-pura mengevaluasi apa yang sedang terjadi dalam masyarakat ataupun merasa senang karena dapat mengajukan berbagai resolusi yang sederhana. Malahan, mereka peduli terhadap hak-hak manusia dan kemanusiaan. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui segala akibat dari kolonisasi, mencuri sumber daya alam milik bangsa-bangsa miskin dari dunia ketiga, mengangkat agen-agen mereka yang kejam untuk menjalankan pamerintahan negeri-negeri ini dan melecehkan hak-hak kemanusiaan. Semua ini merupakan tragedi sesungguhnya yang disebabkan oleh pihak luar. Tragedi menakutkan yang sesungguhnya adalah tragedi yang terjadi dalam hati manusia. Ancaman dari pihak luar, penguasa yang zalim dan rasa dengki dari manusia yang benci, tidaklah begitu penting bila dibandingkan dengan tragedi hati manusia tersebut. Ancaman-ancaman ini disebutkan dalam Surah al-Falaq.
Tragedi paling mengerikan yang mengancam masyarakat dunia adalah alienasi umat manusia yang semakin tidak manusiawi. Yang tampil sebagai penyulut tragedi ini adalah sang pembisik yang tidak hanya menghancurkan jasmani semata tapi juga rohani. Inilah yang sangat ditakutkan oleh kalangan intelektual masa kini yang sadar dan bertanggungjawab. Dia adalah orang yang mengenal manusia dan juga sang pembisik. Dia memahami kegetiran akibat alienasi. Dia telah menyaksikan betapa “kemanusiaan” menjadi korban bilamana hak-hak manusia dilecehkan. Dialah yang mengetahui para pelaku kejahatan dan para pcmbuat berhala yang tidak selalu bisa dilihat. Kadang-kadang mcreka bersembunyi atau mungkin merupakan sebuah kckuatan yang misterius. Mereka tidak perlu menggunakan belenggu perbudakan karena mereka bisa membisikkan ke dalam hati. Dengan sembunyi secara diam-diam mereka masuk ke dalam pikiran manusia dan mengganggunya, mengubah kepribadian lain. Inilah alienasi!
Ya, bahaya sedang menginrai, lebih buruk dari sebelumnya, tidak dari balik bebatuan ataupun bebukitan, lubuk hatimu atau dalam kcsadaranmu. Bukan mengintai nyawa atau uangmu, tapi mengintai keimananmu, kemanusiaanmu, pengetahuanmu, cintamu, kemenanganmu, perjuanganmu, warisan sejarahmu, jalanmu untuk menjadi seperti Ibrahim as dan jalanmu untuk menghampiri Tuhan Yang Mahakuasa.
Musuhmu tidak selalu berupa senjata atau sebuah pasukan perang. Tentunya juga bukan pihak luar yang dikenal. Musuhmu mungkin berupa suatu sistem atau perasaan, suatu pemikiran atau sebuah barang milik, suatu jalan hidup atau jenis pekerjaan, suatu cara berpikir atau perangkat kerja, suatu jenis produksi atau pola konsumsi, kulturalisme, kolonisasi, doktrin keagamaan, eksploitasi suatu hubungan sosial atau propaganda. Bisa juga berujud neokolonialisme, birokrasi, teknokrasi atau otomatisasi. Sekali-sekali musuhmu tampil sebagai eksibisionisme, nasionalisme dan rasisme, sementara pada kali yang lain sebagai nazi fasisme, borjuisme dan militerisme. Mungkin juga berupa kecintaan terhadap kesenangan (epiqurisme), kecintaan terhadap ide-ide (idealisme), kecintaan terhadap benda (materialisme), kecintaan terhadap seni dan keindahan (romantisisme), kecintaan terhadap bukan sesuatu apa pun (eksistensialisme) , kecintaan terhadap negeri dan darah (rasisme), terhadap para pahlawan dan pemerintahan pusat (fasisme), terhadap individu-individu (individualisme), terhadap semua orang (sosialisme), terhadap perekonomian (komunisme), terhadap kearifan (filosofi), terhadap perasaan (gnostisisme), terhadap surga (spiritualisme), terhadap eksistensi (realisme), terhadap sejarah (fatalisme), terhadap kehendak Tuhan (determinisme), terhadap seks (Freudisme) terhadap naluri (biologisme), terhadap akhirat, ketakhayulan idealisme. ketamakan ekonomisme. Semua itu adalah berhala-berhala politeisme (kemusyrikan) masa kini.
Peradaban baru adalah sepeni Latta, Uzza, Asaf dan Nailah dari kaum Quraisy masa kini. Bagaimana engkau mengetahui makna dari penyembahan dan kecintaan yang sejati terhadap Allah Yang Mahabesar?
Seberapa luaskah makna dari monoteisme (ketauhidan) dan seberapa agungkah ajarannya? Manusia masa kini lebih suka menggunakan akal ketimbang ketaataan terhadap Tuhan. Pengaruh sains telah menyebabkan mereka tidak peduli terhadap agama. Dengan berbuat demikian, berarti mereka telah mengingkari Tuhan dan menolak agama dan tidak berbuat apa-apa untuk mengimbangi ketidaktaatan dan penolakan mereka terhadap ibadah. Politeisme (kemusyrikan) baru dalam peradaban ini memiliki banyak tuhan (berhala) yang lebih jahat dibanding politeisme lama dari zaman jahiliah.
Bangsa Arab kuno biasa menyembah patung-patung yang terbuat dari emas dan bertaburan permata. Patung-patung tersebut merupakan simbol kekuasaan, keindahan, kesempurnaan, keberlimpahan, kebajikan dan kemurahan hati. Mereka dikeramatkan dan dihormati. Tapi simbol-simbol dari politeisme baru masa kini itu sama rendahnya dengan bagian bawah dari tubuh manusia. Ketiga tuhan palsu yang abadi itu melakukan penindasan yang lebih kejam dari sebelumnya. Fir‘aun masa kini bukanlah manusia, melainkan sistem. Karun juga bukan manusia, melainkan suatu golongan. Balam tidak lagi berbicara tentang agama, melainkan tentang sains, ideologi dan seni.
Sungguh mengejutkan, dalam Surah al-Falaq, Alquran membicarakan tiga kejahatan yang unik dan memiliki kualitas yang sama. Dalam Surah terakhir (an-Nas) dibicarakan Satu kejahatan yang memiliki tiga karakter -“Pemilik”. “Raja”, dan “Tuhan”- dan ini lebih berbahaya lagi.
Ketiga kejahatan tersebut menindas, mengindoktrinasi, menipu, membunuh dan menjarah. Mereka mengabaikan hak-hak azasi manusia dan kebebasan membelenggu manusia, dan membiarkan mereka tetap miskin dan bodoh. Namun, toh manusia akan muncul sebagai pemenang dalam menghadapi tekanan berat dari tragedi-tragedi ini. Tragedi sekarang yang lebih besar adalah bilamana para superpower antikemanusiaan ini berusaha melumpuhkan nilai-nilai kemanusiaan dengan cara mengosongkan hati manusia untuk kemudian dieksploitasi oleh mereka. Sejarah telah memberi pelajaran kepada kekuatan-kekuatan ini, bahwa agar dapat menguasai ekonomi dan politik, maka mereka harus lebih dulu menghancurkan nilai-nilai yang dihargai oleh manusia tersebut dan kemudian harus mengubah sifat kemanusiaan mereka. Dengan kata lain, mereka harus dialienasikan.
‘Kejahatan’ ‘ini jauh lebih kejam dibanding kejahatan-kejahatan sebelumnya, meskipun daya rusaknya di mana pun sama saja. Dalam sistem Trinitas, khannas menghancurkan sifat kemanusiaan. Ia mempakan bahaya yang mengancam hati nurani individu yang bertanggung jawab. Musuh umat manusia senantiasa datang dan pergi. Di mana-mana ia menggunakan tiga wajab, dan setiap kali datang ia menggunakan topeng yang berbeda.
‘Sang pembisik’ adalah racun mematikan yang disuntikkan ke dalam tubuh manusia oleh ular berkepala tiga dan berwajah seribu. Bukankah setan menggoda Adam as dan menyebabkannya terusir dari surga? Setan melakukannya dengan menunjukkan diri dalam wujud seekor ular. ‘Sang pembisik’ dilahirkan dari tiga kejahatan tersebut. Khannas adalah wakil dari berhala-berhala itu dan kejahatannya jauh lebih tragis. Dalam Surah-surah terakhir Alquran kita mengetahui bahwa sang pembisik itu jauh lebih berbahaya dibanding ketiga berhala tersebut. Kesadaran ilahi akan membelah tirai kegelapan malam menjelang fajar untuk melawan tiga kekuatan yang membelenggu manusia.
Untuk melawan kekuatan setan dan khannas (sang pembisik yang pengecut), kita harus mencari perlindungan dalam tauhid. Untuk menghancurkan struktur politeisme dalam kesadaran manusia dan dalam masyarakat, maka engkau harus menemukan tiga kekuatan: “pemilikan”, “kedaulatan” dan “ketuhanan” yang hanya dimiliki oleh Tuhan saja. Dengan melakukan ini maka engkau dapat menegakkan sebuah masyarakat Habil (yakni, masyarakat yang didasarkan pada persamaan dan kesatuan umat manusia).
Kita harus membangun sebuah “masyarakat teladan”, yakni bentuk masyarakat yang menjadi tujuan dari ajaran kenabian Ibrahim as. Nabi terakhir Muhammad saw memberikan tanggung jawab ini kepada kita. Kita memahami tragedi kemanusiaan dan tanggung jawab kitalah untuk memecahkannya. Kita adalah pewaris sunah Ibrahim as, oleh karena itu kita harus mengajarkan pesannya kepada generasi intelektual yang sedang memperjuangkan keadilan sosial. Kita harus menyelamatkan penduduk dunia yang sedang mengalami kemunduran. Dengan memiliki Alquran, memiliki keluarga Nabi Saw. dan memiliki status Haji maka kita diberi tanggung jawab yang lebih besar.
Gelapnya kejahatan benar-benar menguasai dunia. Kekuatan sihir yang sangat jahat menjadi jauh lebih kuat dibanding sebelumnya. ‘Sang pembisik’ kini menjadi lebih kuat dan tragis.
Wahaj engkau yang memangku jabatan Ibrahim dan menerima wahyu terakhir, engkau telah diberi tanggung jawab untuk membawa misi.
Wahai engkau, manusia yang sadar, wakil Allah dan pewaris Nabi Muhammad saw, engkau harus menjadikan Nabi saw sebagai teladan perbuatanmu dan menjadikan dirimu teladan bagi orang lain.
Wahai engkau yang bertanggung jawab untuk menegakkan ummah, agamamu berdasarkan pada kitab, timbangan dan besi.
Wahai engkau yang harus menegakkan keadilan sosial di muka bumi, perangilah musuh dan bantulah yang tidak berdosa.
Wahai engkau, pejuang kemerdekaan Muslim, dengarlah tangisan umat, perkabungan kaum tertindas dan suara mereka yang mengadukan jahatnya ‘sang pembisik’.
Toynbee menyaksikan peradaban manusia yang terancam oleh ‘musuh-musuh dalam batin’ (yakni antusiasme yang gila-gilaan terhadap ‘konsumsi, konsumsi dan hanya konsumsi belaka’! Marcuse telah memperingatkan hahwa manusia sedang berubah menjadi ‘satu dimensi’ seperti sebuah alat.
Erich Fromm sama dengan Diogen, sedang mencari ‘orang yang sadar’ di tengah hiruk-pikuk masyarakat kota. Camuss berteriak bahwa ‘wabah’ sedang berjangkit di ‘Oran’ dan di ‘kuil peradaban’, anak-anak tak berdosa sedang sekarat karena penyakit yang misterius. John Isolet berbicara tentang ‘pangeran bersenjata’ yang sedang menderita karena ‘penyakit yang tak bisa disembuhkan’.
Pematung yang sadar dari negeri Belanda, di taman kota baru Netherdome, telah merancang sebuah patung manusia, namun tulang-tulang sendinya jatuh berantakan! Eliot dan Joyce telah menggambarkan berhala (Trezi) sebagai sebuah makhluk hermaphrodit yang diambil dari cerita-cerita Yunani kuno sebagai simbol manusia masa kini. Eugene Ionesko menggambarkan situasi yang mendatangkan malapetaka bagi manusia di mana khannas telah memasuki spiritnya dan mengubahnya menjadi seekor Rhinoceros!. Kafka menggambarkan manusia sebagai wakil Tuhan dan diberi Roh-Nya. Kemudian ia menunjukkan bagaimana dirinya berubah secara total. Ya, ‘Gambaran Dorian Gray’ bukanlah ‘Gambaran Standal’, melainkan gambaran seorang manusia yang teralienasi.
Wahai engkau korban tragedi yang sadar, ambillah kesempatan untuk melarikan diri kala sang fajar menyingsing. Karena sang malam yang gelap ‘menyelimuti setiap penjuru’. Karena ‘Para tukang sihir yang cerdik sedang berbisik-bisik ke dalam hatimu’.
Karena ‘orang-orang yang dengki adalah boneka para tukang sihir itu dan para sahabatmu berpihak kepada musuh-musuhmu.
Mintalah pertindungan kepada Tuham penguasa fajar untuk membunuh kegelapan dengan menerbitkan sang mentari di Mina. Dan, saksikanlah olehmu. Karena tuhan-tuhan palsu telah kembali dengan mengenakan t0peng tentara rakyat dan meng. genggam senjata rahasia.
Wahai ‘pewaris Habil’, ‘penuntut balas kematian bapakmu’, Kabil tidaklah mati! Wahai ‘pewaris Adam’, ‘kepada siapa para malaikat bersujud’, setan sedang membalas kekalahannya sekarang! Menjauhlah dari kejahatan ini yang memiliki tiga wajah, tujuh warna kulit, tujuh puluh ribu trik dan “membisikkan ke dalam hati manusia”. Berlindunglah kepada Allah, “Tuhan Penguasa Fajar”, “Pemilik Manusia”, “Raja Manusia” dan “Kekasih Manusia”. Dan engkau, wahai Haji, tetaplah di Mina setelah Ied Kurban (Adha), dan tembaklah ketiga berhala itu tujuh kali setiap hari. Setiap hari bagaikan hari ‘pengorbanan, setiap bulan bagaikan Zulhijah dan setiap negeri bagaikan Mina
dan kehidupan bagaikan haji.
Ali Syariati