Berita
#MaknaHaji: Menyatakan Niat dan Salat di Miqat
Pembahasan sebelumnya #MaknaHaji: Memasuki Miqat dan Menjadi Satu
Niat
Sebelum memasuki Miqat, yang merupakan awal perubahan dan revolusi besar, engkau harus menyatakan niat. Niat apa? Niat “perpindahan” dari rumahmu ke rumah umat manusia, dari kehidupan kepada cinta, dari sang diri kepada Allah, dari penghambaan kepada kemerdekaan, dari diskriminasi rasial kepada persamaan, ketulusan hati dan kebenaran, dari kehidupan sehari-hari kepada kehidupan abadi dan dari egoisme dan ketidakbertujuan kepada ketaatan dan tanggung jawab. Ringkasnya, niat ini merupakan suatu perpindahan ke dalam keadaan “ihram”.
Oleh karena itu, niatmu harus dinyatakan dengan tegas. Engkau akan mencuat dari tempurungmu laksana biji kurma keluar dari dagingnya. Setelah sadar sepenuhnya maka engkau harus memiliki keyakinan dalam hati. Terangi hatimu dengan api cinta, bersinar dan bersinarlah. Lupakan segala sesuatu tentang dirimu. Dulu engkau hidup dalam kelalaian dan kebodohan dan tak berdaya dalam segala aspek kehidupan. Bahkan dalam dunia kerja pun engkau menjadi seorang budak yang bekerja karena kebiasaan atau karena terpaksa. Kini tanggalkanlah pola hidup seperti itu! Jadilah manusia yang benar-benar sadar akan Allah Yang Mahakuasa, akan umat dan dirimu sendiri. Pilihlah pekerjaan baru, petunjuk baru dan ‘diri’ yang baru pula!.
Salat di Miqat
Ketika di Miqat dan bersiap-siap untuk memulai prosesi haji, engkau sadar akan apa yang harus dikerjakan dan mengapa dikerjakan. Dengan berpakaian ihram engkau melaksanakan salat ihram, dan menghadapkan dirimu kepada Allah Yang Mahakuasa seraya berkata,
“Ya Allah! Kini aku tidak lagi menyembah berhala-berhala, dan aku tidak lagi menjadi budak Namrud.
“Ya Allah! Sekarang aku berdiri di hadapan-Mu sebagaimana Ibrahim, bukan sebagai penindas (serigala), penipu (rubah), ataupun penimbun (tikus). Tidak! Aku menghadap-Mu sebagai seorang manusia yang mengenakan pakaian yang sama dengan yang akan aku kenakan saat aku menjumpaimu di akhirat.”
Ini berarti engkau secara sengaja dan sadar ingin menaati Allah dan menjadi hamba-Nya. Engkau akan memberontak terhadap siapa pun dan apa pun selain Allah. Kesiapanmu untuk melaksanakan berbagai kewajiban diungkapkan, dan posisi ini tidak berbeda dengan salat harian tapi kali ini seperti perbincangan yang lebih intim dengan Allah. Seakan-akan kehadiran Allah dapat dirasakan. K
Katakanlah:
“Wahai yang Maha Pengasih lagi Penyayang, yang keagungan dan belaskasih-Nya meliputi kawan maupun lawan, orang saleh maupun pendosa, orang beriman maupun kafir. Ya Allah, aku menyembah-Mu karena hanya Engkau satu-satunya yang patut disembah. Aku tidak menyembah siapa pun selain kepada-Mu Tuhan pemilik hari pengadilan.”
Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. (QS. al-Fatihah: 5)
“Wahai satu-satunya yang kucintai, wahai satu-satunya penolongku! Lihatlah betapa kami merugi akibat kejahilan kami! Lihatlah betapa kami disesatkan oleh kaum aniaya! Lihatlah betapa kami dibatasi oleh kelemahan kami!.”
Tunjukilah kami jalan yang lurus (jalan kebenaran, kesadaran, fakta, keindahan, kesempurnaan, cinta, dan kebaikan). (QS. al-Fatihah: 6) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang yang sesat.” (QS. al-Fatihah: 7)
Di Miqat sambil mengenakan pakaian warna putih yang juga akan dikenakan di akhirat nanti, setiap orang menundukkan kepala menyangkal dan meminta ampunan atas segala perbuatan salah yang digerakkan oleh perasaan takut dan ketamakan. Semua perbuatan salah itu engkau lakukan selama hidupmu dan dalam setiap sujud engkau meminta ampunan atas segala dosa yang dilakukan. Salat di Miqat ini merupakan janji kepada Allah bahwa tidak akan ada sujud ataupun ketundukan kepada selain Allah.
Salam bagimu wahai Muhammad, hamba dan Rasul-Nya.
Salam bagimu dan mereka yang menaati Allah dan Yang beramal saleh.
Salam bagimu….
Semua ini adalah ungkapan yang ditujukan kepada yang dekat bukan yang jauh.
Allah, Ibrahim, Muhammad, ummah, langit, akhirat, keselamatan, kemerdekaan, cinta dan sebagainya semuanya hadir di Miqat. Dengan mengenakan pakaian ihram yang polos tak berwarna, engkau mengalami suatu kelahiran baru (suatu kebangkitan kembali). Tak lama lagi setan, yang menolak perintah Allah, akan menipumu. Tak lama lagi engkau akan merasa seperti orang asing. Dengan perasaan malu dan meminta maaf engkau kembali kepada Allah. Namun kini engkau bebas dan bertanggung jawab.
Dr Ali Syari’ati