Berita
#MaknaHaji: Haji Akbar
Sebelumnya #MaknaHaji: Taqshir (Akhir Proses Sa’i)
Saat haji besar telah mulai, di mana engkau berada? Sudahlah, tidak masalah di mana pun engkau berada -di Masjidil Haram dekat Ka’bah, di hotelmu atau sedang dalam perjalanan- sekarang engkau harus pergi menunaikan haji besar. Kenakan pakaian ihrammu dan tinggalkanlah Makkah. Sungguh mengherankan, meninggalkan Makkah sehingga ia berada di belakangmu! Bukankah kiblat ada di sini di Makkah? Memang benar, tapi untuk memulai haji besar engkau harus meninggalkan Ka’bah.
Bukankah engkau diharuskan untuk meninggalkan keluarga, rumah, negeri dan lain-lainnya untuk datang ke Makkah dan menghadap kiblat? Ya, benar, tapi itu semua dilakukan pada saat menunaikan haji kecil (umrah). Dan, mengapa engkau harus meninggalkan Ka’bah sekarang? Karena engkau akan berangkat memulai haji besar.
Memutuskan untuk pergi ke Makkah bukanlah totalitas dari aktualisasi haji, dan Ka’bah atau kiblat pun bukan tujuan haji. Semua ini adalah kesalahpahaman di pihakmu. Sang pemimpin monoteisme (Ibrahim) telah mengajarkan bahwa haji tidak berakhir di Ka’bah, tetapi memulai dengan meninggalkan Ka’bah. Ka’bah bukan tujuanmu melainkan tempat dari mana engkau memulai.
Hingga saat ini kalau engkau berada di Ka’bah, engkau harus menyesuaikan diri, mengabaikan segala kepentingan pribadi, mengatasi sikap egoistis dan keterbatasanmu, dan menemukan ‘dirimu sendiri’. Wahai ‘imigran’ yang akan menjumpai Allah, dari sini seterusnya engkau akan menelusuri jalan yang berbeda dan memasuki negeri baru. Untuk menunaikan umrah dan berada di Miqat engkau harus meninggalkan “rumahmu”, tapi di sini untuk ‘melaksanakan ibadah haji engkau harus meninggalkan ‘rumah Allah’!
Di ambang kepasrahan yang sempurna dan puncak kemerdekaanmu; ketika engkau telah menemukan ‘dirimu sendiri’, kini engkau memenuhi syarat untuk menaati perintah ini: “Tinggalkanlah Ka’bah, dan kini engkau lebih dekat kepada-Ku dibanding Ka’bah.” Mengunjungi Ka’bah pada saat umrah akan membantumu sampai pada penemuan diri. Kini engkau akan mendekati Allah, bukan mengunjungi ‘rumah’ tapi menjumpai ‘pemiliknya’.
Kepada Allah-lah kembali (semua makhluk ). (QS. an-Nur: 42; Fathir: 18)
Ka’bah hanyalah ‘arah’ dan bukan ‘tujuan’. Engkau memulai dengan datang ke Ka’bah tetapi engkau tidak menetap di Ka’bah. Di mana pun engkau berhenti maka engkau akan hilang dan mati.
Wahai haji yang sedang memulai perjalanan ini, yang senantiasa berusaha mendekati-Nya.
Wahai manusia, roh Allah, Engkau datang ke Makkah,
Jangan berdiam di sana,
Jangan berhenti di Tanah Haram.
Ka’bah adalah kiblat yang menunjukkan arah agar engkau tidak akan disesatkan oleh kiblat-kiblat lain. Namun di Makkah, maka kiblat adalah sesuatu tempat yang lain. Engkau harus memutuskan untuk pergi ke sana dan memulai perjalanan yang lebih besar dibanding mendatangi Makkah (yakni, haji besar)
Maka, pada hari keberangkatan (tanggal 9 Zulhijah), tidak peduli di mana pun engkau berada, kenakanlah pakaian ihrammu, berpalinglah dari kota Makkah lalu berjalanlah. Tempat mana yang lebih suci dan terhormat dibanding kota Makkah) Teruslah berjalan, engkau akan menyaksikan!.
Ali Syariati