Berita
Makna Pengorbanan Bagi Masa Depan
Dua orang kakak beradik tinggal di sebuah desa. Mereka berdua memutuskan untuk merantau mencari kerja ke kota. Mereka memutuskan untuk pergi sendiri-sendiri dan berlainan hari. Si kakak memutuskan berangkat lebih dulu. Ia membawa seekor kambing peliharaannya untuk dijual buat tambahan bekal di perantauan. Perjalanan dimulai untuk menemukan makna pengorbanan.
Untuk sampai ke jalan raya mencari transportasi ke kota, ia harus menyeberangi sungai. Tak disangka, ada seekor buaya menghadangnya. Ia berjalan hati-hati sambil membopong kambingnya supaya tidak lepas dimakan buaya. Ia menyadari, kalau saja ia mau mengorbankan kambingnya, ia dapat melalui sungai dengan mudah. Tapi ia tidak mau. Keegoisannya mengharuskan ia selamat sekaligus kambing yang hendak ia jual. Tak dapat menghindar, ia pun diserang buaya dan digigit kakinya. Ia berhasil melepaskan diri, namun ia harus menjalani kehidupannya dalam kondisi cacat karena kakinya harus diamputasi. Masa depannya kacau. Ia kemudian hidup menjadi pengemis di jalanan.
Adiknya pun melewati jalan yang sama menuju kota. Ia juga menuntun seekor kambing peliharaannya. Sama dengan kakaknya, ia pun berniat menjual kambingnya ke pasar untuk tambahan bekal merantau. Di sungai, ia juga dihadang seekor buaya. Ia berpikir bagaimana caranya bisa melewati sungai itu tanpa diterkam si buaya. Dalam benaknya terlintas, “Buaya ini lapar dan hanya ingin mencari makan. Tidak berniat menyakiti.” Ia pun merelakan kambingnya untuk dimakan buaya. Buaya tadi memakan kambing itu. Setelah kenyang buaya pun pergi. Ia melanjutkan langkahnya ke kota dan berhasil mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan. Dikenal suka membantu dan berkorban demi kepentingan orang lain, ia pun dipercaya oleh atasannya dan mendapat jabatan penting di tempat kerjanya.
Kisah dua orang di atas hanya kisah fiktif dan semata analogi bagaimana peran keikhlasan dan pengorbanan akan bermakna di masa depan.
Dalam kehidupannya, manusia sering mendapat ujian. Ujian ketika seseorang dihadapkan dengan situasi yang mengharuskannya untuk mengorbankan apa yang dimiliki.
Dalam setiap ujian tentu ada apresiasi dan konsekuensi. Ketika anak SMP lulus Ujian Nasional ia merasa bahagia dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Ketika ia tidak lulus ia akan mengulang dan hidup dalam kesedihan.
Begitu juga Allah Swt dalam memberikan ujian-ujian, Ia pun akan memberikan apresiasi terhadap orang yang lolos dalam ujian-Nya, menempatkannya ke derajat lebih tinggi dan memberinya imbalan pahala berlipat ganda.
Dalam hal ini, penulis ingin mengerucutkan pembahasan tentang pengorbanan dalam hal bersedekah atau mengorbankan harta di jalan Allah.
Sebagaimana Alquran menyebutkan, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. al-Baqarah:261).
Ganjaran yang dilipatgandakan Allah tak semata hanya bersifat harta bendawi saja melainkan juga karunia lain sebagaimana Rasul saw menyebutkan bahwa sedekah dapat memperpanjang usia, menolak bala dan menjadi obat dari beragam penyakit.
Di sisi lain, menafkahkan harta di jalan Allah Swt juga memiliki makna yang luas. Bisa dalam hal menuntut ilmu, membantu orang lain, mencari rezeki dan sebagainya.
Semoga kita semua tergolong sebagai orang-orang yang rela berkorban demi kebaikan dan penuh keikhlasan dalam berkorban, baik pengorbanan harta maupun jiwa, karena berharap ridha-Nya semata. (Malik/Yudhi)