Berita
Makna Imlek Bagi Muslim Tionghoa
Sejak dulu perayaan Imlek bukan hal asing bagi Xie Ching Ching, nama kecil Erlina Misniwati yang lahir dan besar di lingkungan keluarga Tionghoa. Bahkan sejak menjadi muslimah, baginya Imlek terasa tak jauh berbeda.
Dalam momen Imlek Sabtu (1/2) ini, media ABI berkesempatan mewawancarainya di tengah liburannya bersama keluarga di Mall Taman Anggrek, Grogol, Jakarta Barat.
Hadir berjilbab putih dipadu gaun merah, sebagai muslimah diakuinya tak ada masalah untuk sekadar mengucap Selamat Tahun Baru, sekaligus ikut berbelanja pernak-pernik Imlek bagi anggota keluarga yang merayakannya. “Gong Xi artinya kan selamat, Fat Cai itu makmur. Jadi, sekadar mengucapkan itu gak apa-apa, kan?”
Sebagai warga keturunan, pantang baginya lupa asal-usul dan akar budaya. “Jangan sampai dikatakan kacang lupa kulit, lah. Masak karena jadi Muslim, terus asal-usul kita buang? Kan Islam gak ngajarin kayak gitu. Justru kita harus jaga jangan sampai citra Muslim jadi jelek, kan?”
Prinsipnya menurut Erlina, selama tidak melanggar syariat seperti shalat, puasa, tidak makan makanan haram, tidak ada masalah. Ia tetap bisa bergaul dan bersosialisasi dengan keluarga dan temannya meski berbeda keyakinan.
Ditanya hubungannya dengan orangtua, terutama ibu, Erlina mengatakan “Meski berbeda keyakinan, soal menghormati ibu ya iya dong! Kan Nabi Muhammad sendiri pernah ditanya sahabat, siapa yang seharusnya paling kita hormati? Nabi menjawab ‘ibu’ sampai tiga kali. Apalagi ada istilah surga di bawah telapak kaki ibu,” pungkasnya. [Muhammad/Yudhi]