Berita
Madrasah Imam Jafar Shadiq, Universitas Islam Terbesar Dunia
Tidak berlebihan sama sekali jika madrasah Imam Ja’far Shadiq as disebut universitas Islam terbesar. Darinya, lahir ribuan ulama. Dalam hitungan Hafidh Abu Abbas bin Uqdah, jumlah perawi hadis beliau mencapai sekitar 4000 orang.
Setiap kali meriwayatkan hadis dari Imam Ja’far Shadiq, Hafsh bin Ghiyats mengatakan, “Berkata kepadaku sebaik-baik orang Hijaz, Ja’far bin Muhammad (as).”
Syaikh Mufid membenarkan jumlah perawi tersebut. Demikian pula Syaikh Muhammad bin Ali Fattal, dan Sayyid Ali bin Abdul Hamid Nili. [Al-Irsyad, jil. 2, hal. 179]
Qadhi Abu Umar Hafsh bin Ghiyats Nakha’i termasuk tsiqah (terpercaya). Ia meriwayatkan dari Imam Ja’far Shadiq as. Sementara Ishaq, Ahmad, dan banyak lagi meriwayatkan darinya. Ibnu Mu’in dan Ajali men-tsiqah-kan. Ia sangat ketat dalam periwayatan. Ibnu Ammar menyifatinya sebagai figur yang sangat ketat dalam meriwayatkan hadis. Ia wafat pada 194 H. Para penulis kitab sahih meriwayatkan hadis-hadisnya. (Lih. Dzahabi, Mizan al-I’tidal, jil.1, hal. 567-568)
Syaikh Thabarsi berkata mengenai pribadi Imam Ja’far as, “Tak ada orang yang dlnukil pelbagal macam ilmunya sebagaimana beliau.”
Demikian pula Ibnu Syahrasyub yang mengatakan dalam karyanya, aI-Mu’tabar, “Telah tersebar darinya berbagai jenis ilmu, menjadikan setiap orang yang melihatnya tercengang.”
Dalam adz-Dzikra, Syahid berkata, “Telah disusun 400 kitab oleh 400 penulis tentang jawaban-jawabannya terhadap pelbagai masalah.”
Madrasah Imam Ja’far Shadiq as memancarkan beragam ilmu dengan sangat intens. Jika suasana saat itu kondusif, niscaya ilmu-ilmu beliau akan lebih sempurna lagi tersebar dan memberantas ideologi-ideologi sesat dan pemikiran-pemikiran menyimpang. Namun para penguasa sama sekali tak menginginkan keharuman nama Imam as menyebar ke segala penjuru dunia.
Kendati demikian, tetap saja peradaban Islam dan kemajuan pemikiran Arab berutang budi pada madrasah ini dan pendirinya, dalam setiap perkembangan, kemajuan, dan kelanggengan yang dicapainya. Paling hebat dan mengagumkan dari madrasah ini adalah kemandirian dan independensinya dari (intervensi) para penguasa. Karena itu, ia terhindar dari campur tangan pejabat dan infiltrasi destruktifnya. Bahkan pengaruh-pengaruh ruhani madrasah ini membuat kalangan penguasa tak pernah bisa tidur nyenyak.
Sumber-sumber yang kredibel bersepakat bahwa jumlah murid beliau mencapai 4000 orang. Bahkan, dikatakan bahwa mereka semua tergolong sebagai kalangan yang tsiqah.
Berikut sebagian nama mereka yang terkenal dengan keilmuan yang hadis-hadisnya diriwayatkan para penulis kitab sahih dan para imam mazhab. Seperti Abu Hanifah (w. 150 H yang terkenal mengatakan, ”Jika tak ada dua tahun itu, binasalah Nu’man.” [At-Tuhfah al-Itsna Asyariyyah, hal. 8], Malik bin Anas (w. 179), Sufyan Tsauri (w. 161 H), Sufyan bin Uyainah (w. 198 H), Syu’bah bin Hajjaj (w. 160 H), Fudhail bin lyadh (w. 187 H), Hatim bin Ismail (w. 180 H), Ja’far bin Ghiyats (w. 194 H), Zuhair bin Muhammad Tamimi (w. 162 H), Yahya bin Sa’id bin Furukh Qaththan Hafiz Bashri (w. 198 H), Ismail bin Ja’far bin Abu Katsir Anshari (w. 180 H), dan Ibrahim bin Muhammad bin Abu Yahya Aslami (w. 191 H).
Selain itu, terdapat beberapa guru Syafi’i yang juga menjadi murid Imam Ja’far as. Di antaranya, Dhahhak bin Mukhallad (w. 214 H), Muhammad bin Fulaih bin Sulaiman Madani (w. 177 H), Abdul Wahhab bin Abdul Maji (w. 194 H), dan lain-lain. Alhasil, murid-murid beliau as mencapai jumlah ribuan orang. Belum lagi ditambah dengan para pemangku fikih di kalangan sahabat khusus beliau as yang berada dalam barisan Imamiyah.
*Asad Haidar, Universitas Imam Jafar Shadiq