Berita
Macam-macam Bentuk Ujian (3/3)
Rahasia Sukses dalam Ujian
Karena semua tak luput dari ujian, muncul pertanyaan; bagaimana cara mencapai kesuksesan dalam berbagai ujian?
Al-Quran memberi jawaban yang jelas. Awal langkah mencapai kesuksesan adalah firman Allah: Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. al-Baqarah: 155) Firman ini dengan tegas mengatakan bahwa rahasia kesuksesan adalah kesabaran. Karena itu, sampaikan kabar gembira ihwal kemenangan bagi orang sabar dan istiqamah. Hadapi berbagai kehidupan dan kejadian alam, masalah berat dan kesulitan, dengan kesadaran bahwa [kehidupan] dunia ini hanya sementara.
Baca pembahasan sebelumnya Macam-macam Bentuk Ujian (2/3)
Faktor lain bagi kesuksesan terdapat dalam firman: Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya). Pada dasarnya, kalimat yang disampaikan dalam ungkapan istirja (hal menarik kembali) itu adalah inti pelajaran tauhid dan inqitha (pencurahan diri) kepada Allah Swt, bersandar kepada-Nya dalam segala hal di setiap waktu. Tatkala musibah melanda, para pemuka Islam terilhami al-Quran untuk selalu mengucapkan kalimat tersebut agar tidak sampai membebani diri mereka. Dengan mengimani kekuasaan Allah Swt dan percaya bahwa segala hal maujud kembali kepada-Nya, kejadian itu bukanlah apa-apa bagi mereka.
Mengenai tafsir kalimat tersebut, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Ucapan inna lillahi adalah pengakuan terhadap hakikat bahwa kita adalah milik-Nya. Sedangkan ucapan wa inna ilaihi raji’un adalah pengakuan bahwa kita akan pergi dari alam dunia ini ke alam lain.” (Nahjul Balaghah, kalimat al-Qishar 99)
Memanfaatkan Kasih Sayang (Luthf) Allah
Kegelisahan akan menguasai orang yang kehilangan keseimbangan diri saat cobaan melanda. Sementara para kekasih Allah Swt yang memiliki program dan tujuan jelas, akan terus melangkah pasti dengan hati tenang tanpa rasa bimbang. Allah Swt pun selalu memberi petunjuk lebih terang kepada mereka agar tidak keliru dalam menentukan jalan. Firman Allah Swt: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan tunjuki mereka jalan-jalan Kami. (QS. al-Ankabut: 69)
Mengambil Pelajaran dari Sejarah
Merujuk sejarah para pendahulu dan merenungkan cara mereka menghadapi ujian sangat efektif dalam menyiapkan spirit manusia menghadapi ujian Tuhan. Jika orang merasa sendirian dalam menghadapi masalah, itu akan meruntuhkan daya perlawanannya. Namun, dengan menyadari bahwa segala cobaan berat dan musibah besar juga dialami manusia sepanjang masa, maka kesadaran itu akan menjadikan dirinya tambah kuat dan kukuh. Al-Quran berulang-ulang menyinggung sejarah umat terdahulu, bersimpati dan memperkukuh spiritualitas Rasulullah saw dengan mengatakan: Meski demikian janganlah kamu bersedih hati, karena sungguh beberapa rasul sebelummu telah diperolok-olokkan. (QS. al-An’am: 10)
Daya istiqamah akan menyukseskan seseorang dalam menjalani segala ujian dan cobaan: Sesungguhnya rasul-rasul sebelummu (juga) telah didustakan, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka? (QS. al-An’am: 34)
Kesadaran bahwa semua cobaan adalah ujian dari Allah Swt akan melahirkan ketegaran. Seseorang yang mengikuti suatu kompetisi, maka bebannya yang berat akan terasa ringan bila mengetahui bahwa beberapa kawannya ikut hadir di sisi medan pertandingan. Dengan penuh semangat, ia bangkit melawan berbagai cobaan. Keberadaan kawan akan memunculkan spirit dan semangat besar untuk tetap berjuang.
Terlebih jika kita sadar bahwa Allah Swt menyaksikan segala upaya dan kesungguhan kita saat menghadapi ujian. Al-Quran menceritakan bahwa ketika berada di bawah intimidasi terberat dari kaumnya yang membangkang, Nabi Nuh as diperintahkan Allah Swt untuk membuat kapal: Buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. (QS. Hud: 37)
Kalimat bi a’yunina dalam ayat ini memberi kekuatan batiniah pada Nabi Nuh as bahwa tekanan dan cemoohan para penentang tidak sedikit pun memengaruhi kemauannya yang dahsyat.
Hal serupa dialami Imam Husain as di Karbala. Manakala sebagian orang yang dicintainya gugur sebagai syahid, beliau mengatakan, “Beban yang kutanggung ini remeh, karena aku tahu bahwa semua ini terjadi dalam penglihatan ilmu Allah.” (Bihar al-Anwar, 45/46)
Said Husain Husaini, “Bertuhan dalam Pusaran Zaman”