Berita
Lima Pesan Marsudi Syuhud Untuk LESBUMI
Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (LESBUMI) yang lahir pada tahun 1962 dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan hingga sekarang masih menginduk pada Organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut, merayakan hari lahirnya yang ke-54 di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta (24/3) dengan tajuk “Anugerah SAPTAWIKRAMA LESBUMI PBNU”.
Hadir mewakili Ketua Umum PBNU, KH. Said Agil Siradj, salah satu Ketua PBNU Dr. H. Marsudi Syuhud, membuka sambutannya dengan membacakan sebuah syair dalam bahasa Arab yang artinya, “Jangan sekali-sekali keluar dari rumah atau dari kampung sendiri kalau tidak untuk mencari keluhuran dan mendapatkan setidaknya salah satu dari lima hal.”
“Jadi ndak perlu kesana-sini kalau nanti tidak dapat lima hal,” ungkapnya.
Yang pertama dari kelima hal itu adalah menghilangkan kesusahan. Karena itu LESBUMI dengan segala karyanya, menurut Marsudi minimal harus bisa meminimalisasi atau jika memungkinkan bisa menghilangkan kesusahan manusia Indonesia, bahkan bila perlu manusia sejagad raya.
“Sebab dengan menghilangkan kesusahan maka kekuatan bangsa Indonesia akan meningkat naik,“ tegasnya.
Yang kedua dengan menghilangkan kesusahan, kalau bisa juga dapat maisah; keluhuran, kebanggaan.
Yang ketiga, wa Ilmi. Bahwa LESBUMI harus mendidik masyarakat agar ilmunya terus bertambah dan ini ilmu apa saja. Sebab menurut Marsudi, sesungguhnya tidak ada ilmu yang tersegmentasi, semua ilmu datangnya dari Allah dan untuk kepentingan semua makhluk Allah.
“Jika makhluk Allah butuh listrik, maka fardhu kifayah mempelajari ilmu listrik,” jelas Marsudi.
Untuk itu, tantangan bagi LESBUMI saat ini adalah bagaimana bisa meningkatkan keilmuan dengan cara dan metodenya sendiri. Sebab tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan cara yang berbeda-beda pula. Pola peningkatan keilmuan yang berbeda-beda di tiap daerah inilah yang jika terus dilakukan akan menjadi budaya.
Yang keempat adalah bagaimana LESBUMI dapat menciptakan sesuatu yang nanti akan menjadi budaya dan dapat dipraktikkan oleh para Kyai NU. Hal tersebut sebagai bentuk tantangan di dunia modern dengan cara berkreatifitas nyata, bisa diterima dan langgeng diamalkan masyarakat.
“Insya Allah lembaga ini bisa menjaga budaya yang sudah ada dan menciptakan hal baru yang sesuai dengan ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah ala Thoriqoti Nahdliyah,” tegas Marsudi.
Yang kelima, adalah jaringan atau networking. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini memungkinkan orang berjejaring dengan mudah. Menciptakan sistem yang mau tak mau banyak orang masuk dan kemudian menjadi jaringan, pertemanan agung yang dibuat, dibentuk dan dikreasi dengan basis teknologi.
“LESBUMI ini hendaknya bisa melaksanakan lima hal yang tercantum dalam syair yang saya sampaikan tadi,” harap Marsudi menutup sambutannya. (Lutfi/Yudhi)