Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Liberalisasi Ancam Kedaulatan NKRI

Pokja Petisi 50

Kedaulatan adalah harga mati bagi bangsa yang bermartabat. Para pejuang kemerdekaan kita telah mengorbankan seluruh harta, darah, dan bahkan nyawa mereka untuk menegakkan kedaulatan ini pada masa penjajahan. Saat ini secara fisik kita sudah merdeka, tapi apakah kita sudah merdeka dan berdaulat sepenuhnya?

M. Hatta Taliwang, pembicara tunggal dalam Diskusi Pokja PETISI 50 dengan tema “Liberalisasi: Ancaman Terhadap Keutuhan Bangsa, Kedaulatan Rakyat, dan Keadilan Sosial” menyatakan bahwa bangsa Indonesia saat ini masih dicengkeram oleh penjajahan liberalisme dan kapitalisme di hampir semua bidang, politik, ekonomi, budaya. Jauh sekali dari ideologi Pancasila yang diperjuangkan oleh para founding fathers kita.

Hatta Taliwang mencontohkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), bahwa total pendapatan 20% masyarakat terkaya meningkat dari 42,07% (2004) menjadi 48,42% (2011). Sebaliknya, total pendapatan 40% masyarakat termiskin menurun dari 20,8% (2004) menjadi 16.85% (2011).

Data yang dilansir Perkumpulan Prakarsa juga mengungkapkan bahwa kekayaan 40 orang terkaya Indonesia sebesar Rp. 680 Triliun atau setara dengan 10,33% PDB. Atau setara dengan kekayaan 60% penduduk atau 140 juta orang. Data lain menyebutkan, 50% kekayaan ekonomi Indonesia hanya dikuasai oleh 50 orang.

Illuminati dan Skema Penguasaan Indonesia oleh Kapitalisme Global

Ancaman terhadap keutuhan dan kedaulatan bangsa, serta keadilan sosial karena meninggalkan ideologi Pancasila ini sangat nyata. Dan menurut Hatta, liberalisasi ini, merupakan gerakan kapitalisme global yang terinspirasi oleh gerakan Illuminati.

“Liberalisasi yang terjadi di Indonesia ini, terinspirasi Adam Wishaupt, pendiri Illuminati. Yang mengoperasikannya adalah keluarga Rotschild,” terang Hatta.

“Meyer Amschel Rotschild sendiri jelas mengatakan, ‘beri aku kesempatan untuk mengendalikan ekonomi suatu bangsa, dan aku tak akan pedulikan siapa yang berkuasa,’” lanjut Hatta. “Ditambah pejabat yang bermental korup dan tidak memiliki ideologi Pancasila.”

“Dengan neoliberalisme, mereka merusak sistem politik negara berdaulat. Mekanisme dan institusi demokrasi dimanipulasi sedemikian rupa sekedar sebagai alat menciptakan konsensus dengan rakyat. Sementara proses pengambilan keputusan politik secara real diambil alih oleh institusi-institusi global yang tak pernah mendapat mandat rakyat, seperti IMF, Bank Dunia, WTO, dan lain-lain,” tambahnya.

Menurut Hatta, solusi melawan cengkeraman pengaruh neoliberalisme ini tak bisa tidak adalah kembali kepada ideologi Pancasila yang sudah dirumuskan oleh para founding fathers. Dan di punggung pemudalah tanggungjawab ini berada.

“Bangun visi bersama tentang arah bangsa ini. Dalami kembali apa sebenarnya cita-cita pendiri bangsa ini. Ideologinya ke mana,” seru Hatta. “Tanpa itu, kita akan tetap dijajah dan menjadi kuli di negeri sendiri,” pungkasnya. (Muhammad/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *