Berita
Lawan Propaganda Palsu dan Agenda Pecah Belah Musuh Islam
“Benih terorisme dalam Islam muncul sejak dulu, tahun 40H sudah memakan korban Khalifah Sayidina Ali,” terang KH. Prof. Said Agil Sirajd, Ketua Umum PBNU dalam seminar Islam Rahmatan lil ‘alamin dengan sub tema “Wujudkan Dunia Tanpa Kekerasan” yang dilaksanakan di gedung Smesco, Jakarta (16/10).
Peristiwa syahidnya Imam Ali yang menjadi Khalifah pada masa itu setelah dibunuh oleh Abdurrahman Ibnu Muljam, bagi Said Agil merupakan salah satu benih terorisme dalam Islam. Padahal Ibnu Muljam sendiri adalah seorang Muslim yang dikenal taat, seorang hafiz, ahli puasa dan salat malam.
Namun sayangnya, Ibnu Muljam menghukumi kafir Sayidina Ali yang menurutnya tidak menjalankan hukum Alquran tapi menjalankan hukum hasil musyawarah manusia. Sikap mudah mengkafirkan Ibnu Muljam inilah yang membawanya pada perilaku teror.
“Nah yang kayak gini sekarang ini lagi semarak, muncul lagi bersamaan dengan munculnya Alqaeda dan ISIS,” tegas Said Agil.
Sementara itu pembicara lainnya, Prof. Dr. Hasan Zamani, Deputi Hubungan Internasional Hauzah Ilmiah Qum dan Pakar Ulumul Quran dan Hadis dari Iran menegaskan bahwa saat ini musuh Islam terutama Amerika melakukan berbagai cara termasuk membuat sebuah saluran televisi dengan mengatasnamakan Syiah dan menyiarkan berbagai hal yang bertentangan dengan Syiah sendiri hanya untuk memecah belah umat Islam.
“Di sana ditampilkan berbagai macam hal yang sebenarnya kita tentang, seperti penghinaan kepada para sahabat dan berbagai hal tak berdasar lainnya yang sengaja dituduhkan pada Syiah,” ujar Hasan.
Padahal, Syiah tidak menghina para sahabat Nabi, Syiah menghormati mereka. Pemimpin Syiah Imam Ali Khamene’i bahkan telah mengeluarkan fatwa yang melarang untuk menghina para sahabat Nabi. Sebab para sahabat adalah orang-orang di sekitar Nabi, mereka masuk Islam dan berada di sisi Nabi, menolong Nabi dan mendukung Nabi.
“Bahkan kami berlepas diri dari mereka yang menghina para sahabat walaupun mereka mengklaim diri sebagai Syiah,” tegas Hasan.
Kemudian Hasan menyimpulkan pembicaraannya dengan mengatakan bahwa pertama, Islam adalah 100% agama rahmat. Kedua, dia menegaskan bahwa Tatbir atau upacara menyiksa diri bukanlah dari Islam tapi dari musuh-musuh Islam.
Begitupun dengan Said Agil yang mengajak seluruh elemen dan ormas-ormas lain yang sepaham dengan Nahdlatul Ulama untuk mengutuk tindak kekerasan atas nama agama yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.
Sebab Islam Indonesia bagi Said Agil adalah Islam yang ramah, Islam yang melebur dan menjunjung tinggi nilai budaya leluhur, Islam yang tidak menentang tradisi, kecuali budaya yang bertentangan dengan syariat Islam.
“Mari kita waspada dan lebih solid,” ajak Said Agil.
Seminar yang berakhir pukul lima sore itu juga dihadiri dua pembicara lain, yaitu Komjen. Pol. Drs. H. Saud Usman Nasution, S.H., M.H., M.M, selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta adik dari mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair yang menjadi mualaf, Lauren Boolth. (Lutfi/Yudhi)