Berita
Kyai NU: Konflik Sunni-Syiah Kerjaan Musuh Islam
Untuk mempererat jalinan ukhuwah, KH. Alawi Nurul Alam Albantani, tokoh NU datang bersilaturahmi ke Yayasan Syiah, Husainiyah Azzahra, Gerlong Girang, Bandung pada hari Selasa (20/5).
Dalam kunjungan singkatnya, Kyai kharismatik ini bermaksud mengikuti pembacaan Tawassul yang diadakan rutin setiap malam Rabu di tempat itu, namun akibat terjebak macet, beliau akhirnya datang terlambat. Sekitar 50-an jamaah Syiah ikut hadir menyambut kedatangannya. Tepat pukul 19.00 acara dibuka pembina Husainiyah, Ustad Husain Alkaff.
Selesai Tawassul, seperti lazimnya di setiap majelis taklim, Kyai Alawi memberikan tausiyah.
Dalam sambutannya, penulis buku Kyai NU Meluruskan Fatwa-Fatwa “Merah” MUI & DDII ini mengatakan bahwa konflik sektarian dalam tubuh umat sengaja disulut musuh-musuh dari luar Islam.
“Sampai kapanpun kaum Nasoro dan Yahudi tidak akan senang dengan kemajuan Islam. Makanya mereka masukkan antek-anteknya agar sesama Muslim selalu bertengkar. Dan yang paling mudah dijadikan pemicu adalah isu sektarian antara Sunni dengan Syiah.”
“Kalo ada Sunni yang ikut-ikutan, berarti tidak mengerti Sunni. Kalo ada Syiah yang ikutan, berarti gak mengerti Syiah,” tambahnya.
“Coba kalo Sunni dan Syiah mampu bersatu, kemudian kita pikirkan langkah-langkah untuk menghadapi takfiri, yakinlah mereka bakal takut setakut-takutnya. Bohong kalo ada yang bilang takfiri di Indonesia itu berani. Sudah 125 masjid kami ambil kembali dari tangan mereka, gak ada perlawanan,” kisahnya.
“Perbedaan tata cara ibadah adalah soal furu’ (cabang) dalam Islam. Bapak-bapak, Ibu-ibu pernah gak lihat cabang pohon yang sama persis? Tidak kan? Nah, kaum takfiri itu tidak mengerti soal ini. Kenapa? Karena otak mereka dangkal. Kedangkalan ini yang menyebabkan mereka berperilaku radikal, dan perilaku radikal inilah yang berbahaya bagi bangsa Indonesia,” lanjut Kyai Alawi.
Dia juga meragukan pengikut Syiah mencaci sahabat lantaran mengikuti titah Imamnya. “Saya gak percaya kalo orang-orang seperti Imam Ja’far Sadiq, Imam Muhammad Al Baqir, Kakeknya Imam Husain, memerintahkan penghinaan. Apalagi menjatuhkan kemuliaanya dengan mengeluarkan fatwa untuk menghina,” tegasnya.
Tanpa pakaian kebesaran khas Kyai pada umumnya, Kyai Alawi bertutur dengan gaya khas Sunda. Tausiyah diwarnai plesetan itu pun sesekali disambut gelak tawa jamaah.
“Makanya Ibu-ibu, mau gak liat anak setan? Liat tuh takfiri. Mereka mah gabakal marah, da bener-bener ngarasa,” selorohnya, yang disambut tawa jamaah.
KH. Alawi Albantani adalah anggota Tim Aswaja Center Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia telah menulis sekitar 55 judul buku, di antaranya Allah pun Bershalawat Mengapa Kita Tidak (40 Keajaiban Shalawat), Ustad Salafi Wahabi (Persis) Bertanya Al Bantani Menjawab, dan Kyai NU Meluruskan Fatwa-Fatwa “Merah” MUI & DDII.
“Acara-acara solidaritas seperti ini harus lebih sering diadakan, agar masyarakat tahu, Sunni-Syiah teh balad geuningan (ternyata Sunni-Syiah temenan),” anjur Kyai Alawi di akhir tausiyahnya. (MBA/Yudhi)