Berita
KontraS: HAM Diakui Tapi Tak Dilindungi
Merayakan Hari HAM sedunia 9 Desember, Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) mengadakan acara peringatan Hari HAM di Perpustakaan Nasional Jakarta Selasa (9/12).
Dalam perayaan yang dibuat sederhana ini KontraS mengundang banyak korban tindak pelanggaran HAM untuk saling bertemu dan tatap muka. Beberapa korban pelanggaran HAM yang hadir berasal dari Aceh, Suku Anak Dalam, Rembang, JIS, dan lainnya.
Para korban pelanggaran HAM yang hadir bersama-sama menyanyikan lagu-lagu perlawanan mereka. Meski dengan suara ala kadarnya, para peserta yang kebanyakan ibu-ibu itu melantunkan shalawat, dan lagu-lagu perlawanan. Berikrar bahwa mereka akan tetap tegak membela hak-hak asasi mereka dari para perampas.
HAM Diakui Tapi Tak Dilindungi
Chrisbiantoro, Wakil Koordinator Bidang Strategi dan Mobilisasi KontraS saat ABI Press wawancarai menyebutkan bahwa acara ini sebagai puncak refleksi perjuangan korban dan masyarakat sipil dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM.
“Meski rezim Soeharto sudah berakhir, tapi kejahatan terhadap masyarakat sipil dalam bentuk pelanggaran HAM oleh negara itu terus berulang. Tidak ada ruang penyelesaian yang konkret.”
“Mekanisme yang diselenggarakan negara berupa Komnas HAM tidak efektif. Rekomendasi yang mereka keluarkan tak digubris oleh lembaga lain semisal Kejaksaan Agung. Bahkan Presiden pun tak memberikan dukungan optimal,” keluh Chrisbiantoro.
“Hak-hak asasi itu diakui dalam konstitusi, dalam Undang-undang, tapi tidak dilindungi,” tegas Chrisbiantoro.
Sementara Koordinator KontraS Haris Azhar menilai pemerintahan yang sekarang di bawah kepemimpinan Jokowi hanya mengambil simbol-simbol kecil saja dalam pembelaan HAM.
“Jokowi hanya mengambil simbol-simbol kecil untuk bicara seolah bela HAM tapi tidak menyeluruh,” ujar Haris Azhar. “Eva bande dibebaskan itu bagus. Tapi bebaskan juga dong yang lain. Masih banyak yang dipenjara.” (Muhammad/Yudhi)