Berita
Kisah Pilu Kesyahidan Qais bin Mushir, Sang Pengantar Surat nan Setia
Mungkin tak banyak orang yang mengenal Qais bin Mushir Shaidawi Asadi. Ya, beliau adalah penghubung sekaligus pengantar surat antara Imam Husain as, warga Kufah, dan Muslim bin Aqil. Beliau gugur sebagai syahid beberapa hari sebelum tragedi Asyura setelah ditangkap tentara Ubaidillah bin Ziyad. Qais dikenal sebagai lelaki mulia, pemberani, dan setia pada keluarga Rasul saw.
Peran utama Qais dalam Peristiwa Karbala adalah mengantarkam surat. Surat-surat yang pernah diantarkan dalam kejadian ini antara lain, surat warga Kufah kepada Imam Husain as di Mekah, menyampaikan surat Muslim bin Aqil di tengah perjalanan menuju Kufah kepada Imam Husain as. Qais juga menyertai Muslim bin Aqil dalam perjalanan menuju Kufah dan menyampaikan surat Muslim kepada Imam Husain as sekaitan dengan baiat warga Kufah. Tugas terakhir yang mengantarkanya pada kesyahidan adalah saat Imam Husain as meminta Qais mengantarkan surat untuk penduduk Kufah.
Ketika itu Imam Husain as mengutus Qais ke Kufah melalui lembah Hajir. Pada perjalanan ini, Qais membawa jawaban Imam as terhadap surat Muslim. Ketika Qais sampai di Qadisiah, Hushain bin Namir (salah satu panglima perang Yazid) menangkapnya. Hushain mengirim Qais ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad, gubernur Kufah.
Sebelum ditangkap, Qais merobek surat yang dibawanya agar surat itu tidak jatuh ke tangan musuh. Setelah Qais sampai di hadapan Ibnu Ziyad, terjadilah perdebatan di antara keduanya.
Ibnu Ziyad berkata, “Kamu siapa?”
Qais menjawab, “Aku salah seorang pengikut (syiah) Ali as dan putranya.”
Ibnu Ziyad berkata, “Mengapa kau robek surat itu?”
Qais, “Supaya engkau tidak tahu apa isinya.”
Ibnu Ziyad bertanya, “Surat itu dari dan untuk siapa?”
Qais, “Dari Imam Husain as untuk sejumlah penduduk Kufah yang aku tidak tahu nama-nama mereka.”
Ibnu Ziyad geram dan berkata, “Aku bersumpah demi Tuhan, Aku sama sekali tidak akan membiarkanmu, kecuali jika engkau sebutkan nama-nama yang ditulis Husain (as) atau engkau memilih naik ke atas mimbar kemudian engkau memaki dan mencela ayah dan saudara Husain as! Jika begitu, aku akan membebaskanmu dan jika tidak aku akan membunuhmu!”
Qais: “Nama kelompok itu tidak akan kukatakan, adapun pelaknatan akan kulakukan.”
(Qais naik ke mimbar namun alih-alih memaki Imam Husain as, ia malah berkata)
“Aku adalah utusan Husain bin Ali as. Aku datang untuk menyampaikan pesan Imam kepada kalian, penuhilah panggilannya!”
Ibnu Ziyad sangat murka. Ia kemudian memerintahkan Qais dilemparkan dari atap istana Dar al-Imarah. Qais pun menemui syahadah. Tulang-tulangnya hancur dan remuk. Jasadnya atas permintaan keji Ibnu Ziyad dipotong-potong.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun………….
Dalam laporan Syaikh Mufid, dikatakan, “Mereka mengikat tangan Qais dan melemparnya ke tanah, tulang-tulangnya pun remuk. Ia masih bergerak. Tiba-tiba seorang lelaki bernama Abdul Malik bin Umair Lakhmi memotong kepalanya dari tubuhnya. Orang-orang yang hadir mencelanya, ‘Kenapa engkau memperlakukannya begitu?’ Ia menjawab, ‘Aku ingin membuatnya tenang.’” [Al-Bidayah wa an-Nihayah, jil. 8, hal. 168]
Ketika berita kesyahidan Qais disampaikan Thirimah bin Adi kepada Imam Husain as, air mata beliau as langsung mengalir, seraya berkata:
…فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).”(QS. al-Ahzab: 23)
“Tuhanku, tempatkan kami dan mereka dalam surga, dan gabungkan kami dan mereka dalam rahmat dan gudang pahala-Mu.” (Syaikh Abbas Qummi, Nafasul Mahmum, hal. 586; Yusufi Gharawi, Mausu’ah at-Tarikh al-Islami, jil. 6, hal. 124)