Berita
Kisah-kisah Hikmah Nabi Khidir a.s.
“Bermurah hatilah kepada seluruh hamba Allah, bersikap toleran kepada setiap orang, dan Allah juga akan bertoleran kepadanya di Hari Kiamat kelak” — Nabi Khidir a.s.
Khidir a.s adalah seorang pesuruh Ilahi (Tuhan) yang mengajak manusia menyembah kepada Allah Yang Maha Tunggal (Esa). Dia adalah seorang nabi utusan Allah kepada umat manusia dan membawa kitab dari surga. Salah satu dari tanda keberadaannya adalah bahwa setiap batang kayu kering lagi keras dari bumi yang beliau duduki, dia akan membuatnya hidup kembali seperti tumbuhan lainnya dan akan menghijau kembali. Karenanya, beliau dinamai Khidir. Nama sebenarnya adalah Talia putra Malkan, putra Aber, putra Arfkhshath, putra Sam, putra Nuh as. Dia dilahirkan 3458 tahun setelah turunnya Adam a.s. ke bumi.
Khidir Menasihati Musa a.s.
Dari Ali bin Husain a.s. berkata, ”Pesan terakhir Khidir a.s. kepada Musa a.s. bin Imran a.s. adalah:
Janganlah pernah menyalahkan seseorang karena dosanya, karena perbuatan yang paling disukai di sisi Allah Azza wa Jalla ada tiga macam, yaitu,
- Tahanlah dirimu dari membuka aib orang lain (rahasia).
- Memberi maaf tatkala mampu (kuasa membalasnya).
- Bermurah hatilah kepada seluruh hamba Allah, bersikap toleran kepada setiap orang, dan Allah juga akan bertoleran kepadanya di Hari Kiamat kelak.
Takut kepada Allah adalah rahasia dari semua kebijaksanaan.”
Nabi Musa a.s berkata kepada Khidir a.s., ”Karena aku dilarang dari mengikat persahabatan lagi dengan Anda, maka berilah aku suatu nasihat untuk terakhir kalinya.” Khidir a.s. pun berkata, ”Awasilah dirimu dari apa-apa yang tidak merugikanmu dengan cara yang sama sebagaimana tidak bermanfaatnya lagi bagimu mengawasi selainnya.”
Duka Cita Nabi Khidir a.s. Kepada Ahlulbait a.s.
Dari Imam Ali Ridha a.s. berkata, “Ketika roh Nabi suci saw dicabut (oleh Malaikat Maut), Khidir datang dan berdiri (berhenti) persis di ambang pintu rumah duka keluarga Nabi saw -yang di dalamnya hanya ada Ali, Fathimah, Hasan dan Husain as sedangkan jasad suci Rasulullah saw telah dibungkus dengan pakaian jenazah, maka dia (Khidir a.s.) berkata,
Salam sejahtera atas kalian, wahai Ahlulbait Nabi! … Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. (QS. Ali Imran [3]: 185).
Sesungguhnya di tangan Allahlah ganti rugi dari setiap yang hilang (dari anggota keluarga kita), ratapan duka cita dari tiap-tiap musibah, dan bencana dari setiap yang mati. Oleh karena itu, bertawakallah kalian kepada Allah, simpanlah kepercayaan kepada-Nya, dan mohonkanlah ampun untukku dan kalian kepada Allah.”
Imam Ali a.s. berkata, ”Ini adalah saudaraku Khidir a.s. yang datang untuk menyatakan duka citanya bersama kalian atas kematian Nabi kalian semua.”
Ambil Bagian dalam Ibadah Haji
Dari Imam Ali Ridha a.s. berkata, “Sesungguhnya Khidir a.s. telah minum dari mata air kehidupan maka dia akan hidup selama-lamanya hingga ditiupkannya terompet (sangkakala) pertanda kiamat tiba. Dia akan senantiasa mendatangi kita dan memberi salam atas kita yang kita bisa mendengar suaranya tetapi kita tak dapat melihat wujudnya. Dia akan selalu hadir jika disebutkan namanya. Siapa saja dari kalian yang menyebut namanya lalu memberi salam atasnya, maka dia akan segera hadir di musim-musim haji lalu dia akan menunaikan seluruh ritual manasik haji. Dia akan berada di Arafah lalu dia akan mengamini doa kaum mukminin, dengannya Allah akan mengokohkan barisan pasukan Imam Mahdi di masa kegaibannya, dan dia (Khidir a.s.) akan selalu berhubungan langsung dengannya (Imam Mahdi a.s).”
Bersama Imam Muhammad Baqir a.s.
Suatu hari ketika Imam Abu Ja’far, Muhammad bin Ali al-Baqir a.s. berjalan memasuki kota besar Madinah, dia duduk bersandar pada suatu dinding sejenak untuk mempertimbangkan arah yang akan dituju. Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan berkata kepadanya, ”Wahai Abu Ja’far! Atas apakah engkau mendukakan dunia? Karena Allah Azza wa Jalla telah menyediakan segala perlengkapan hidup bagi manusia yang baik dan jahat sekalipun. Ataukah engkau mendukakan akhirat maka janji itu pasti benar yang di dalamnya dipimpin oleh Penguasa Yang Mahaperkasa (Allah Swt).”
Imam Muhammad Baqir a.s. berkata, “Bukan atas hal ini aku berduka cita, melainkan karena sebuah hasutan yang disebabkan oleh Abdullah bin Zubair.”
Orang itu berkata kepadanya, “Pernahkah Anda melihat seseorang yang sangat tawakal kepada Allah tapi Dia tidak pernah membantunya? Pernahkah Anda melihat seseorang yang telah mengambil tempat perlindungan di sisi Allah tetapi Dia tidak memberi tempat perlindungan baginya?”
Imam Muhammad Baqir a.s. berkata, ”Tidak pernah.” Kemudian laki-laki itu berbalik badan (punggung) dan pergi melanjutkan perjalanannya. Orang-orang pun berkata kepada Imam Muhammad Baqir, ”Siapakah gerangan orang itu?” Imam a.s. berkata, ”Beliau adalah Khidir a.s.”
(Sumber – Buku: Akhlak Para Nabi; dari Nabi Adam Hingga Muhammad Saw / Taaj Langroodi)