Artikel
Kisah Imam Ali Zainal Abidin a.s.: Roti Kering dan Mutiara
Pada suatu hari, Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad a.s. berada di sebuah majelis yang dihadiri oleh para pencinta dan orang-orang yang tidak mempercayai keimaman beliau a.s. Tiba-tiba datang seorang lelaki dari pencinta beliau yang menampakkan wajah sedih dan murung.
Imam Ali Zainal Abidin a.s. bertanya, “Kenapa engkau tampak bersedih? Apa yang sedang terjadi padamu?”
Lelaki tersebut menjawab, “Wahai putera Rasulullah! Aku memiliki hutang sebesar 4 dinar. Saat ini aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku pergunakan untuk melunasi hutangku tersebut. Selain itu, keluargaku juga berjumlah banyak dan aku tidak memiliki pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan mereka.”
Setelah mendengar penuturan lelaki tersebut, Imam Ali As-Sajjad a.s. berlinang air mata. Salah seorang sahabat bertanya, “Wahai Imam! Kenapa Anda menangis?”
Imam Sajjad a.s. menjawab, “Menangis dapat memberikan ketenangan terhadap musibah yang menimpa dan tidak ada musibah yang lebih besar daripada ketika seseorang tidak dapat membantu kesulitan seorang sahabatnya yang mukmin.”
Pada saat itu, orang-orang yang berada di majelis tersebut mulai bubar. Orang-orang yang tidak meyakini Imam Sajjad a.s. meninggalkan majelis sambil berbisik-bisik bahwa para imam yang mengaku memiliki segalanya dan dapat memohon apapun dari Allah swt, tidak mampu menyelesaikan kesulitan yang menimpa salah seorang pencintanya.
Lelaki yang menghadap Imam Sajjad a.s. juga mendengar cibiran mereka. Ia berkata kepada Imam Sajjad a.s., “Wahai Imam! Mendengar ucapan mereka ini lebih sulit bagiku daripada harus memikul kesulitan hidup.”
Imam Sajjad a.s. berkata, “Allah swt akan memberikan jalan keluar untuk semua urusanmu.”
Kemudian Imam Sajjad a.s. berkata kepada salah seorang budak beliau, “Ambilkan makanan yang akan aku santap untuk berbuka puasa dan sahurku!”
Budak tersebut membawakan dua potong roti kering.
Imam Sajjad a.s. berkata kepada lelaki pencintanya itu, “Ambillah dua potong roti kering ini, karena Allah swt akan memberikan kebaikan dan berkah melaluinya.”
Kemudian lelaki itu mengambil dua potong roti kering tersebut dan pergi dari sisi Imam Sajjad a.s. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang penjual ikan dan berkata, “Berikan seekor ikan kepadaku dan aku akan membayarnya dengan sepotong roti yang aku bawa ini.”
Penjual ikan pun menerimanya dan memberikan seekor ikan kepada lelaki itu.
Kemudian lelaki tersebut membawa pulang ikan yang bayar dengan sepotong roti kering pemberian Imam Sajjad a.s. Setelah tiba di rumah, ia membersihkan dan akan memasak untuk keluarganya.
Saat membelah perut ikan untuk membersihkannya, ia menemukan dua butir mutiara berharga dari dalam perut ikan itu. Dengan perasaan gembira, ia memungut batu berharga itu dan segera bersyukur kepada Allah swt.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar pintu rumah diketuk seseorang diiringi ucapan salam. Ketika ia keluar dan membuka pintu, ia melihat penjual ikan berdiri di depan pintu. Penjual ikan berkata, “Kita tidak bisa memakan roti yang telah kering ini karena sangat keras sekali. Sepertinya kondisimu memang sedang dalam kesulitan. Ambillah roti kering ini kembali dan aku pun mengikhlaskan ikanku untukmu.”
Setelah penjual ikan pergi dan beberapa saat berlalu, terdengar kembali pintu diketuk dan ucapan salam dari luar rumah. Ketika ia membukanya, orang yang mengetuk pintu berkata, “Aku datang untuk menyampaikan pesan Imam Ali Zainal Abidin a.s. Beliau berkata, “Allah swt telah menyelesaikan kesulitanmu, sekarang kembalikan roti itu, karena orang selain kami tidak dapat memakannya.””
Lalu lelaki pencinta Imam Sajjad a.s. tersebut menjual batu mutiara bernilai yang ditemukan di perut ikan itu dengan harga yang sesuai saat itu. Sebagian ia gunakan untuk membayar hutang-hutangnya dan sebagian lain ia manfaatkan sebagai modal kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. (Safinah-Online)