Berita
Kisah Hikmah Nabi Hud a.s.
Hud berkata, “Hai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu. ” (QS. aI-A’raf [7]: 68)
Hud as adalah putra Shalih, putra Arfakhsyats, Putra Sam, putra Nuh. Dia dilahirkan 2648 tahun setelah wafatnya Adam as. Dia sibuk bekerja sebagai seorang tukar tambah (barang) di permulaan masa hidupnya dan mendapatkan mata pencariannya dengan cara ini. Hud diangkat menjadi nabi pada umur 40 tahun. Sejak itu, dia mulai menyebarkan misi dakwahnya dan membimbing kaumnya ke jalan Tuhan. Dia berkata kepada kaumnya,
Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu. (QS. al-A’raf [7]:68)
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, ”Sesungguhnya kami benar-benar memandangmu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap engkau termasuk orang-orang yang berdusta. “ (QS. al-A’raf [7]: 66)
Segera saja kaum Hud as diazab dengan siksaan dan angin ribut yang merusak laksana kepulan debu, demikianlah Dia berfirman,
Tiadalah ia (badai topan itu) meninggalkan sesuatu pun yang dilaluinya melainkan ia meluluhlantakkannya laksana kepulan debu yang diterpa angin. (QS. al-Dzariyat [51]: 42)
Kemudian Nabi Hud as memimpin (mendiami) Hadramaut bersama empat ribu orang beriman yang telah ditolong dari azab (siksaan) sebagai hasil doanya dan beliau meninggal pada umur 464 tahun. Diriwayatkan bahwa di atas sebuah gua di Gunung Hadramaut, ada suatu kubah (pusara) dari seorang manusia suci yang dikuburkan di sana dengan kata-kata sebagai berikut yang tertulis dan diukir pada sebuah papan,
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang lagi Mahatinggi keagungan-Nya. Aku adalah Hud, Nabi dan utusan Tuhan bumi dan langit yang diutus kepada para penguasa dari kaum Ad. Aku menyeru mereka kepada iman dan menanggalkan penyembahan kepada berhala-berhala dan patung-patung batu. Akan tetapi mereka pun mendurhakaiku dan menentang dakwahku, maka jadilah mereka laksana debu yang beterbangan diterpa badai topan. “
Kesabarannya atas Siksaan
Tatkala Hud as genap berusia 40 tahun, Allah Yang Mahatinggi pun berfirman kepadanya, ”Datangilah kaummu dan serulah mereka untuk menyembah dan mengesakan-Ku. Apabila mereka menjawab seruanmu, akan Kutambahkan kekuatan (pasukan) dan jumlah harta benda mereka.” Mereka pun berkumpul (di sebuah tempat) ketika Hud as mendatangi mereka seraya berkata,
Maka Hud berkata, ”Wahai kaumku! Sembahlah Allah yang kamu tidak memiliki Tuhan selain daripada-Nya. ” (QS. al-A’raf [7]: 59)
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, ”Sesungguhnya kami benar-benar memandangmu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap engkau termasuk orang-orang yang berdusta. “ (QS. al-A’raf [7]: 66)
Hud berkata, ”Hai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS. al-A’raf [7]: 68)
Hai kaumku! Aku tidak meminta upah kepada kalian atas seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kalian memikirkan(nya)?” Dan ( dia berkata), “Hai kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa. ” Kaum Ad berkata, ”Hai Hud! Engkau tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan memercayaimu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab, ”Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan, dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang Memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (QS. Hud [11]: 52-56)
Rasul itu berdoa, ”Ya Tuhanku! Tolonglah aku karena mereka mendustakanku. ” Allah berfirman, ”Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal. ” Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir maka kebinasaanlah bagi orang-oran g yang zalim itu (QS. al-Mu’minun [23]:39-41).”
Istri yang Membangkang
Hud adalah seorang petani. Tatkala Hud as sedang menyirami tanaman-tanamannya di ladangnya, sekelompok kaumnya dari daerah yang jauh datang ke rumahnya dan mengetuk pintunya. Istrinya sudah mulai beruban pun keluar menemui mereka dan berkata kepada mereka, ”Siapa kalian?” Mereka menjawab, ”Kami orang yang berasal dari kota ini dan ini, kekeringan tengah melanda kota kami. Kami datang hendak menemui Hud, memintanya berdoa kepada Allah hingga hujan turun dan membanjiri kota kami.” Maka dia (istri Hud) berkata, ”Kalau memang doa Hud dikabulkan, pastinya dia akan berdoa bagi dirinya sendiri karena ladangnya mengalami kekeringan lantaran sedikitnya air.” Mereka berkata, “Lalu di mana Hud?” Dia berkata, ”Sekarang dia sedang berada di tempat ini dan itu.”
Lalu mereka pun datang menemuinya, seraya berkata, ”Wahai Nabi Allah! Sungguh kota sedang dilanda kekeringan yang hebat dan kami belum diturunkan hujan sedikit Pun maka berdoalah kepada Allah agar kota kami dibasahi dan diturunkan hujan yang lebat.”
Hud as pun salat, lalu berdoa untuk mereka. Setelah selesai salat dan berdoa, beliau’ berkata kepada mereka, ”Pulanglah kalian, sungguh kalian telah diturunkan hujan dan kota kini telah basah kembali.”
Mereka berkata, ”Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya kami telah melihat sesuatu yang aneh.”
Hud berkata, ”Apa yang telah kalian lihat?”
Mereka menjawab, ”Kami melihat di rumah Anda ada seorang perempuan yang sudah mulai beruban. Dia berkata kepada kami, ‘Siapa kalian dan siapa yang kalian tuju?’ Kami katakan, ‘Kami hendak datang menemui Nabi Allah, Hud, agar dia memintakan hujan kepada Allah untuk kami, dan dia berkata, ‘Kalaupun Hud berdoa meminta hujan kepada Allah, niscaya dia akan berdoa untuk dirinya sendiri karena ladangnya telah mengering.”
Hud as pun berkata, ”Dia adalah istriku. Aku telah berdoa kepada Allah untuknya agar panjang umur.” Mereka berkata, ”Lalu bagaimana bisa demikian?” Hud berkata, ”Karena tidaklah Allah menciptakan seorang mukmin pun kecuali dia memiliki musuh yang akan menyakitinya dan dia adalah musuhku. Karena memiliki seorang musuh yang bisa kukendalikan lebih baik daripada seorang musuh yang mampu mengendalikanku.”
(Sumber – Buku: Akhlak Para Nabi; dari Nabi Adam Hingga Muhammad Saw / Taaj Langroodi)
Baca juga: Kisah-Kisah Hikmah Nabi Nuh a.s.