Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Khutbah Imam Ali: Jauhi Iri Hati pada Karib Kerabat

‘Amma ba ‘du…

Sesungguhnya perintah Ilahi turun dari langit seperti tetesan hujan, membawa kepada setiap orang apa yang ditentukan baginya, baik berlimpah atau sedikit. Maka, apabila seseorang di antara kamu sekalian melihat pada saudaranya banyak keturunan atau kekayaan, hal itu tak boleh menyebabkan fitnah padanya.

Selama seorang Muslim tidak melakukan perbuatan yang apabila terungkap, ia harus menundukkan matanya (karena malu) dan yang dengan itu orang rendah menjadi berani, ia seperti penjudi yang mengharap tarikan pertama panahnya akan memberikan keuntungan kepadanya dan juga menutupi kerugiannya sebelumnya.

Demikian pula, seorang Muslim yang bebas dari kedurhakaan mengharapkan satu dari dua hal yang baik: panggilan Allah, dan dalam hal itu apa saja yang diberikan Allah adalah baik baginya; atau rezeki Allah. Ia telah mempunyai anak dan harta, sedangkan iman dan kehormatannya, ada bersamanya. Sesungguhnya harta dan anak-anak adalah kebun dunia ini, sedangkan amal kebajikan adalah kebun untuk dunia yang akan datang.

Kadangkala Allah menggabungkan semua itu pada satu orang. Ingatlah kepada Allah terhadap apa yang telah diperingatkan-Nya kepadamu, karena ia telah menyuruh Anda untuk bertakwa kepada-Nya dan terus takut kepada-Nya sampai tak ada dalih yang diperlukan untuk itu.

Beramalah tanpa pamer atau niat untuk didengar, karena apabila seseorang beramal demi seseorang selain Allah niscaya Allah akan mengalihkan dia kepada orang itu. Kami memohon kepada Allah (untuk mengaruniakan kepada kita) kedudukan para syahid, sahabat orang berkebajikan, dan persahabatan dengan para nabi.

Wahai manusia, sesungguhnya tak seorang pun (meski ia kaya) dapat berbuat tanpa kerabatnya dan bantuan tangan dan lidahnya. Hanya merekalah dukungannya dari belakang yang dapat menjauhkan kesukaran darinya, dan merekalah yang paling baik kepadanya apabila kesengsaraan menimpanya. Kenangan baik yang Allah pelihara di antara manusia lebih baik daripada harta yang diwarisi orang lain dari dia

Lihatlah! Apabila seseorang di antara kamu sekalian mendapatkan kerabatmu dalam keadaan perlu atau kelaparan, ia tak boleh menolak untuk menolongnya dengan apa yang tidak akan menambah apabila pertolongan ini tidak diberikan, dan tidak akan berkurang dengan menafkahkannya sedemikian itu.

Barangsiapa menahan tangannya dari (menolong) kerabatnya, ia hanya menahan satu tangan, tetapi pada saat ia memerlukan, banyak tangan tertahan dari menolong dia. Orang yang berperangai manis dapat mempertahankan cinta kaumnya untuk selamanya.

———————————

Sayid Radhi mencatat: Dalam khutbah ini, ghafirah berarti banyak, berlimpah-limpah; kata ini berasal dari ungkapan Arab, jammul-ghafir atau jama’ul ghafir yang berarti kerumunan padat. Dalam beberapa versi sebagai ganti ghaffrah muncul ‘afwatan. ‘Afwah berarti bagian yang baik atau pilihan dari sesuatu. Dikatakan, akaltu afwatath-tha’am, yang berarti “saya telah memakan makanan pilihan”. Man yaqbidh yadahu ‘an ‘asyfratihi (Barangsiapa menahan tangannya dari kerabatnya) dan seterusnya, menunjukkan betapa indahnya makna kalimat ini.

Amirul Mukminin memaksudkan bahwa orang yang tidak menolong kerabatnya sendiri hanya menahan tangannya; tetapi, bilamana ia memerlukan bantuan, simpati, dan dukungan mereka maka ia tidak akan mendapatkan simpati dan pertolongan dari sekian banyak tangan mereka.

Imam Ali bin Abi Thalib as, Nahjul Balaghah, Khutbah ke-23

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *